Waspadai Shutdown AS, BI Siapkan Jurus Jaga Stabilitas Rupiah

14 hours ago 3

Jumat, 24 Oktober 2025 - 22:55 WIB

Bukittinggi, VIVA – Di tengah dinamika ekonomi global yang terus bergejolak, Bank Indonesia (BI) kembali menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan memperkuat likuiditas perbankan. Shutdown pemerintahan Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu faktor eksternal yang saat ini tengah diwaspadai oleh otoritas moneter. 

Ada potensi meningkatnya defisit fiskal AS dan tekanan terhadap pasar keuangan global, BI menyiapkan berbagai langkah untuk memastikan perekonomian domestik tetap tangguh dan stabil menjelang akhir 2025.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya, menjelaskan bahwa ketidakpastian global, termasuk shutdown di AS, dapat berdampak signifikan terhadap ekspektasi pasar dan pergerakan nilai tukar. 

“Ini akan berdampak ke ekspektasi yield, kemudian juga ke unemployment. Pengangguran yang tinggi itu bukan hanya terkait dengan kebijakan imigran, dan adanya pengurangan tenaga kerja, tapi juga ada dari government shutdown itu,” ujarnya saat diskusi media di Bukittinggi, Sumatera Barat, Jumat, 24 Oktober 2025.

Menurut Juli, kondisi tersebut dapat memicu volatilitas di pasar keuangan global yang pada akhirnya menular ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Ia menambahkan, efek domino dari kebijakan fiskal AS dan meningkatnya pengangguran dapat memperburuk sentimen risiko global. 

"Ini akan dampaknya ke pasar keuangan global, termasuk Indonesia, bisa ke kurs dan lain-lain," sambungnya. 

Menghadapi potensi tekanan tersebut, Bank Indonesia tetap mempertahankan BI-Rate di level 4,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2025. Keputusan ini sejalan dengan upaya menjaga inflasi dalam sasaran 2,5±1 persen serta menstabilkan nilai tukar di tengah ketidakpastian global yang tinggi. 

Selain itu, BI juga memperkuat kebijakan makroprudensial untuk mendorong likuiditas dan penyaluran kredit agar pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.

Juli menjelaskan, BI terus menyesuaikan instrumen moneter agar efektif dalam menjaga stabilitas Rupiah sekaligus memperdalam pasar keuangan. “SRBI ini sebagai instrumen moneter akan tetap ada, karena memang sebagai instrumen moneter bahwa akan ditambah dengan BIFRN, itu lebih untuk memperkaya instrumen untuk memperdalam pasar,” ujarnya.

Selain SRBI, BI juga berencana memperluas jenis underlying asset dalam operasi moneternya untuk memperkuat transmisi kebijakan. “Sekarang kita akan coba perluas kepada surat berharga yang lain yang berkualitas tinggi. Niatnya adalah perluasan ini bagaimana upaya ini bisa terus mendukung pendalaman pasar keuangan di Indonesia,” kata Juli.

Halaman Selanjutnya

BI meyakini langkah tersebut dapat memperkuat pasar uang domestik sekaligus mendukung sektor riil melalui peningkatan pembiayaan. Instrumen seperti Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sekuritas Rupiah Valas Bank Indonesia (SRVBI) juga dimanfaatkan untuk menampung devisa hasil ekspor (DHE), yang berperan penting dalam menjaga cadangan devisa nasional. 

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |