Jakarta, VIVA – Dunia kini memasuki era otomatisasi dan digitalisasi yang lebih maju. Kecerdasan buatan (AI) mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir, dengan algoritma yang semakin canggih.
Di tengah laju perkembangan AI yang begitu pesat, Indonesia tidak boleh hanya menjadi penonton. Sekaranglah waktunya untuk bertindak dan memastikan bahwa AI bukan hanya dikonsumsi, tetapi juga dikembangkan untuk kepentingan bangsa. Apalagi AI dinilai dapat menjadi motor utama perekonomian Indonesia di masa depan.
Sony Subrata, pemerhati AI dan pendiri Artificial Intelligence Implementation Initiative (AI3), menegaskan bahwa Indonesia membutuhkan strategi yang lebih kreatif dan terarah dalam implementasi AI. Lebih dari sekadar kemajuan teknologi, jika diterapkan dengan strategi yang tepat, AI dapat membantu mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 prsen per tahun atau lebih.
Sony menekankan bahwa AI tidak hanya soal penguasaan teknologi, tetapi juga bagaimana memanfaatkannya untuk kepentingan nasional. Keberhasilan Indonesia di bidang AI sangat bergantung pada kolaborasi erat antara pemerintah, akademisi, dan industri.
“AI harus menjadi bagian dari solusi pembangunan Indonesia. Kita perlu memastikan bahwa teknologi ini tidak hanya dikonsumsi, tetapi juga dikembangkan sesuai dengan kebutuhan nasional,” ujar Sony dikutip dari keterangannya, Rabu, 5 Februari 2025.
Di tengah arus perubahan yang begitu cepat, pertanyaan yang muncul adalah: apakah Indonesia sudah siap memanfaatkan teknologi ini atau justru semakin tertinggal?
“Teknologi AI berkembang sangat cepat. Model-model algoritma baru terus bermunculan, komputasi semakin kuat, dan data semakin melimpah. Namun, bagaimana kita bisa mengejar ketertinggalan yang semakin jauh?” ujar Sony.
Menurutnya, Indonesia tidak bisa hanya berusaha mengejar negara-negara maju yang telah lebih dulu mengembangkan AI. Sebaliknya, Indonesia harus menemukan keunggulan strategisnya sendiri dalam ekosistem AI global.
“Kita tidak bisa hanya berusaha mengejar perusahaan-perusahaan besar yang sudah jauh di depan, seperti NVIDIA dalam industri semikonduktor atau OpenAI dengan model AI terbaru seperti GPT-4 Turbo dan O3 Mini. Sementara itu, China terus mempercepat inovasinya dengan DeepSeek dan Qwen dari Alibaba. Dengan persaingan yang semakin ketat, Indonesia harus segera menentukan perannya dalam ekosistem ini,” jelasnya.
Sebagai bentuk komitmen untuk mendorong pemanfaatan AI di Indonesia, AI3 hadir sebagai inisiatif yang berfokus pada penerapan AI dalam kehidupan nyata. AI3 tidak hanya bertujuan mengembangkan teknologi, tetapi juga memberikan masukan strategis kepada pemerintah dalam menyusun kebijakan AI yang inklusif dan berkelanjutan.
Ilustrasi teknologi blockchain.
Photo :
- freepik.com/fullvector
“AI3 adalah Artificial Intelligence Implementation Initiative, sebuah gerakan yang ingin membantu pemerintah dalam merancang dan mengimplementasikan AI dengan lebih baik, khususnya dalam periode kritis 2025–2045. Ini adalah masa yang menentukan apakah Indonesia akan menjadi pemain utama dalam AI atau hanya menjadi pasar bagi teknologi asing,” ungkap Sony.
AI3 juga mendorong keterlibatan berbagai pihak dalam membangun ekosistem AI yang kuat dan berkelanjutan. Melalui berbagai riset, pelatihan, dan program implementasi, AI3 berupaya memastikan teknologi ini dapat diterapkan di berbagai sektor, mulai dari industri, kesehatan, keuangan, hingga kehidupan sehari-hari masyarakat.
Halaman Selanjutnya
Menurutnya, Indonesia tidak bisa hanya berusaha mengejar negara-negara maju yang telah lebih dulu mengembangkan AI. Sebaliknya, Indonesia harus menemukan keunggulan strategisnya sendiri dalam ekosistem AI global.