Selasa, 3 Desember 2024 - 08:30 WIB
VIVA – Merebut banyak wilayah dan mengambil alih kendali lembaga negara, jelas bukan perkara mudah bagi Tentara Nasional Suriah (FSA) dan milisi Hay'at Tahrir al-Sham. Akan tetapi, fakta membuktikan pasukan pemberontak mampu memukul telak rezim Bashar al-Assad.
VIVA Militer melaporkan dalam berita sebelumnya, kedua kelompok oposisi anti-rezim al-Assad berhasil merebut delapan desa di Provinsi Hama.
Keberhasilan tersebut diklaim setelah pada 27 November 2024 lalu, kedua unit pemberontak memulai serangan besar-besaran terhadap militer Suriah di Provinsi Aleppo dan Idlib.
Untuk pertama kalinya dalam delapan tahun terakhir, pasukan pemberontak Tentara Nasional Suriah dan milisi Hay'at Tahrir berhasil menerobos pusat ibukota Aleppo.
VIVA Militer: Milisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Suriah
Photo :
- Agence France-Presse
Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari Al-Monitor, masuk ke Aleppo adalah hal mustahil bagi kelompok oposisi sejak Perang Saudara Suriah pecah pada 2011 silam.
Tak hanya itu, sejumlah infrastruktur dan fasilitas negara juga mampu diduduki pasukan pemberontak Suriah. Mulai dari Bandara Internasional Aleppo, Universitas Aleppo hingga Benteng Aleppo.
Yang lebih mengejutkan, pasukan pimpinan Abu Mohammad al-Julani dan Abdurrahman Mustafa berhasil merebut Gedung Gubernur Aleppo, Direktorat Kepolisian, hingga fasilitas intelijen dan keamanan Suriah.
Serangan masif FSA dan Hay'at Tahrir juga membuat unit militer Rusia yang menyokong rezim al-Assad menelan kerugian besar.
VIVA Militer: Pasukan pemberontak Suriah membakar foto Presiden Bashar al-Assad
Komandan pasukan Rusia di Suriah, Kolonel Jenderal Zhuraylov, dan sejumlah diplomat memilih angkat kaki dari negara itu. Sementara, sejumlah besar amunisi dan persenjataan anak buah Vladimir Putin tercecer ditinggal sang pemilik.
Zhuraylov menegaskan bahwa serangan besar-besaran dua kelompok pemberontak adalah bukti kegagalan pemerintah al-Assad, untuk mengendalikan situasi.
Halaman Selanjutnya
Yang lebih mengejutkan, pasukan pimpinan Abu Mohammad al-Julani dan Abdurrahman Mustafa berhasil merebut Gedung Gubernur Aleppo, Direktorat Kepolisian, hingga fasilitas intelijen dan keamanan Suriah.