Eks Jubir Militer Israel: Jika Hamas Tak Bebaskan Sandera Ada Harga yang Dibayar dengan Darah

3 hours ago 1

Rabu, 19 Maret 2025 - 14:13 WIB

Tel Aviv, VIVA – Agresi militer Israel yang kembali dilakukan di Gaza sebagai tekanan untuk Hamas agar kelompok pejuang kemerdekaan Palestina itu merasakan penderitaan.

Demikian disampaikan eks juru bicara utama militer Israel, Kolonel Johnathan Conricus pada Selasa, 18 Maret 2025.

Menurut dia, serangan yang menewaskan lebih dari 400 orang pada Selasa dini hari merupakan awal agresi militer yang berbeda. Kata Jonathan Conricus, aksi itu sebagai respons penolakan Hamas soal pembebasan 59 sandera terakhir.

"Jika Anda tidak membebaskan sandera, ada harga yang harus dibayar dengan darah," kata Conricus dikutip dari The New York Post, Rabu 19 Maret 2025.

Dia bilang Israel sudah beri isyarat akan kembali berperang dengan Hamas. “Dan, membuat mereka merasakan penderitaan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya," lanjut Conricus.

Wilayah di bagian timur dan barat Gaza Utara menyaksikan gelombang pengungsian warga Palestina pada Sabtu malam, 5 Oktober 2024.

Conricus mengatakan waktu akan membuktikan perang di Gaza akan tetap berlangsung di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

Sementara, Israel tetap dengan rencananya untuk meningkatkan kekuatan militer sebagai tanggapan atas gencatan senjata yang terhenti.

Sebelumnya, pejabat Kementerian Kesehatan Palestina yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan lebih dari 400 orang tewas dalam serangan mendadak Israel. Korban serangan itu termasuk beberapa pejabat tinggi kelompok Hamas.

“Israel mulai sekarang akan bertindak melawan Hamas dengan meningkatkan kekuatan militer,” tulis kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan.

Kantor Netanyahu juga mencatat bahwa Hamas berulang kali menolak untuk membebaskan sandera. Selain itu, Hamas menolak semua tawaran yang diterimanya dari utusan Presiden AS Trump, Steve Witkoff, dan dari para mediator.

Pasukan pertahanan Israel mengklaim pihaknya mengetahui persiapan Hamas yang berniat melancarkan serangan baru terhadap Israel. Hal itu karena Hamas menimbun senjata.

Sebagai informasi, Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata pada bulan Januari. Dengan gencatan senjata itu ada pembebasan sekitar puluhan sandera Israel dengan imbalan hampir 2 ribu tahanan Palestina.

Namun, kedua negara belum bisa sepakat dalam tahap kedua gencatan senjata. Tahap kedua itu antara lain mencakup pembebasan 59 sandera yang masih ditahan oleh Hamas.

Para pemimpin Israel mengatakan mereka tidak akan menghentikan pertempuran kecuali Hamas menyerahkan kekuasaan di Gaza.
 

Halaman Selanjutnya

Sebelumnya, pejabat Kementerian Kesehatan Palestina yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan lebih dari 400 orang tewas dalam serangan mendadak Israel. Korban serangan itu termasuk beberapa pejabat tinggi kelompok Hamas.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |