Jakarta, VIVA – Berbeda dari generasi-generasi sebelumnya, Gen Z muncul dengan pendekatan baru dalam membangun kekayaan. Mereka tidak hanya fokus pada uang sebagai alat konsumsi, tetapi juga sebagai sarana mencapai keamanan finansial dan identitas diri.
Gen Z lebih berhati-hati sekaligus kreatif dalam mengelola keuangan, menggabungkan teknologi, kesadaran sosial, dan strategi jangka panjang. Perbedaan ini bukan kebetulan. Gen Z tumbuh di era pasca-pandemi, kenaikan biaya hidup, dan volatilitas ekonomi yang membuat mereka lebih waspada.
Mereka cenderung memulai perjalanan karier dengan prioritas finansial lebih jelas dibandingkan milenial yang sempat identik dengan gaya hidup konsumtif. Berikut beberapa cara mereka dalam membangun kekayaan, seperti dirangkum dari Money Control, Senin, 22 September 2025.
Ilustrasi menyisihakan uang untuk menabung dan dana darurat
Photo :
- freepik.com/freepik
1. Generasi budgeting: uang diawasi dari awal
Gen Z mengutamakan keamanan finansial sejak dini. Alih-alih mengandalkan kartu kredit untuk gaya hidup, mereka lebih rajin menggunakan aplikasi budgeting, membangun dana darurat, dan merencanakan investasi sejak awal karier.
Pola ini menunjukkan bahwa generasi ini memahami risiko ketidakpastian ekonomi dan berusaha menciptakan fondasi kokoh untuk masa depan.
2. Investasi digital: mudah, cepat, sekaligus penuh risiko
Salah satu tren paling menonjol adalah keberanian Gen Z memanfaatkan teknologi dalam berinvestasi. Dari reksa dana berbasis aplikasi, saham online, hingga cryptocurrency, mereka tidak segan mencoba berbagai instrumen.
Keuntungan utama ada pada aksesibilitas dan transparansi, namun di balik itu ada risiko besar: volatilitas tinggi dan paparan informasi menyesatkan. Karena itu, literasi keuangan digital menjadi kunci agar tidak terjebak pada hype semata.
3. Menyeimbangkan stabilitas dan ambisi
Meski akrab dengan instrumen digital, Gen Z tidak meninggalkan jalur tradisional. Mereka tetap menyisihkan dana untuk tabungan jangka panjang, asuransi, dana pensiun, bahkan real estate jika memungkinkan.
Strategi ganda ini mencerminkan keseimbangan antara stabilitas keuangan dan peluang pertumbuhan cepat. Dengan begitu, mereka bisa menciptakan bantalan finansial sekaligus membuka jalan untuk akumulasi kekayaan lebih besar.
4. Uang dengan nilai: investasi berbasis etika dan keberlanjutan
Berbeda dengan generasi sebelumnya, Gen Z melihat uang sebagai refleksi nilai dan identitas diri. Mereka lebih tertarik pada green bonds, bisnis berkelanjutan, dan dana ESG (environmental, social, governance) ketimbang sekadar saham blue-chip.
Pola ini menandakan bahwa kekayaan bagi mereka bukan hanya soal akumulasi, tetapi juga kontribusi terhadap isu sosial dan lingkungan.
Tantangan yang mengintai
Namun, jalan menuju stabilitas finansial tidak selalu mulus. Gen Z tetap menghadapi beban seperti utang, biaya hidup tinggi di kota besar, dan ketidakpastian pasar kerja.
Risiko salah langkah juga nyata, mulai dari investasi di aset spekulatif tanpa riset, hingga mengabaikan persiapan pensiun. Para ahli mengingatkan bahwa tanpa kebijaksanaan finansial, potensi besar generasi ini bisa terhambat oleh kesalahan di awal perjalanan.
Generasi finansial baru dengan pola pikir berbeda
Gen Z, saat ini memang sedang menulis ulang aturan membangun kekayaan. Melalui kombinasi teknologi, kesadaran sosial, dan strategi ganda antara stabilitas serta ambisi, mereka menjadi generasi yang lebih terukur dan fleksibel.
Halaman Selanjutnya
Salah satu tren paling menonjol adalah keberanian Gen Z memanfaatkan teknologi dalam berinvestasi. Dari reksa dana berbasis aplikasi, saham online, hingga cryptocurrency, mereka tidak segan mencoba berbagai instrumen.