LSI Denny JA: Makan Bergizi Gratis Jadi Program Primadona Prabowo-Gibran

8 hours ago 2

Jumat, 24 Januari 2025 - 18:03 WIB

Jakarta, VIVA - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei kinerja 100 hari Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Alhasil, program makan bergizi gratis (MBG) menjadi primadona di Pemerintahan Prabowo-Gibran periode 2024-2029.

“Program Makan Bergizi Gratis menjadi primadona dengan ambisi besar untuk mengatasi masalah stunting dan meningkatkan kualitas generasi mendatang,” kata Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa di Jakarta pada Jumat, 24 Januari 2025.

Presiden RI Prabowo Subianto memimpin sidang kabinet paripurna di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu, 22 Januari 2025 (sumber: Tangkapan Layar YouTube Sekretariat Presiden)

Photo :

  • VIVA.co.id/Yeni Lestari

Namun, Ardian mengatakan dibalik potensi besar tersebut, program makan bergizi gratis ini menghadapi tantangan yang tidak kecil di antaranya tantangan implementasi yang kompleks, isu anggaran dan keberlanjutan, serta komunikasi publik yang kurang efektif.

Pertama, kata dia, tantangan implementasi yang kompleks di mana distribusi yang tidak merata di wilayah terpencil menjadi salah satu kendala utama. Infrastruktur yang belum sepenuhnya siap menyebabkan keterlambatan realisasi program di beberapa tempat.

“Logistik yang terhambat ini menciptakan kesenjangan dalam manfaat yang diterima masyarakat,” jelas dia.

Kedua, biaya besar yang diperlukan memunculkan kekhawatiran tentang sumber pendanaan yang stabil. Ketergantungan pada impor bahan pangan juga dikhawatirkan dapat melemahkan upaya swasembada dan kemandirian nasional.

Ketiga, kritik dari oposisi dan narasi negatif di media sosial menjadi tantangan tambahan. Isu seperti keracunan anak-anak di beberapa wilayah, meskipun insiden kecil tapi berpotensi memperburuk persepsi publik terhadap program makan bergizi gratis ini.

“Program ini, meski masih menjadi kebijakan unggulan, membutuhkan langkah-langkah perbaikan agar dapat mencapai potensinya yang sesungguhnya. Komunikasi yang lebih baik, perbaikan logistik, dan pendanaan yang berkelanjutan adalah kunci keberhasilan ke depannya,” ujarnya.

Menurut dia, 100 hari pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran adalah momen awal ketika janji seorang Presiden Republik Indonesia dibuktikan, dan visi seorang pemimpin diuji. Makanya, kata dia, 100 hari Pemerintahan Prabowo-Gibran menarik perhatian tidak hanya di tingkat nasional tapi juga dunia internasional.

“Dalam sejarah politik modern, periode ini adalah masa krusial di mana kepercayaan rakyat terbentuk atau terguncang. Bukan hanya retorika yang dinilai, tetapi tindakan nyata yang memberi dampak pada masyarakat luas,” ungkapnya.

Kata dia, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menggunakan pendekatan yang berbeda untuk menggali lebih dalam tentang 100 hari pemerintahan ini. Adapun, pendekatan untuk menghasilkan laporan ini yaitu LSI Weight Scoring Model dan Aplikasi LSI Internet.

“Weight Scoring Model adalah pendekatan evaluasi berbasis bobot, yang dirancang untuk menilai kebijakan secara holistik. Dengan datangnya teknologi digital dan Artificial Intelligence, LSI Denny JA mengembangkan model ini. Untuk 100 Hari Prabowo-Gibran, kami memberi porsi proporsional pada lima dimensi utama yaitu dampak strategis, dampak langsung, keberlanjutan, sentimen publik, dan dukungan politik,” jelas dia.

Menurut dia, metodenya bukan hanya memperlihatkan angka tapi juga substansi dan akan mulai terlihat dampak kebijakan terhadap masyarakat, relevansi program dengan tantangan utama bangsa, serta bagaimana masyarakat meresponsnya melalui sentimen publik dan analisis mendalam. 

“Ini adalah cara baru untuk memahami keberhasilan dan tantangan awal sebuah pemerintahan. Info ini menciptakan peta yang lebih jujur tentang apa yang telah diraih dan apa yang masih perlu diperbaiki. Dengan demikian, 100 hari pertama Prabowo-Gibran bukan hanya tentang angka kepuasan, tetapi bagaimana mereka merespons kebutuhan rakyat dan merumuskan visi yang dapat bertahan di tengah kompleksitas tantangan nasional dan global,” jelas dia.

Halaman Selanjutnya

“Program ini, meski masih menjadi kebijakan unggulan, membutuhkan langkah-langkah perbaikan agar dapat mencapai potensinya yang sesungguhnya. Komunikasi yang lebih baik, perbaikan logistik, dan pendanaan yang berkelanjutan adalah kunci keberhasilan ke depannya,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |