Pencabutan Insentif Dikhawatirkan Bisa Turunkan Minat Masyarakat Beli Mobil Listrik

3 hours ago 3

Selasa, 30 Desember 2025 - 18:31 WIB

Jakarta, VIVA – Wacana pencabutan insentif kendaraan listrik dinilai perlu dikaji secara hati-hati, terutama di tengah dinamika geopolitik global yang kerap memicu fluktuasi harga minyak mentah dan berdampak pada beban impor BBM Indonesia.

Pengamat Ekonomi, Mata Uang, dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi menilai, pasar mobil listrik nasional hingga kini masih berada pada tahap awal pengembangan dan baru memasuki fase pertumbuhan.

“Saya katakan bahwa ini masih masa pertumbuhan. Artinya apa? Di masa pertumbuhan itu mereka masih memilah-milah mana pasar mana yang harus dioptimalkan, mobil merek apa, dan harganya berapa. Ini yang harus bisa dilakukan oleh pengusaha-pengusaha mobil listrik,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Selasa, 30 Desember 2025.

Dia bahkan membandingkan kondisi tersebut dengan industri kendaraan berbahan bakar fosil yang sudah lebih matang, dan memiliki pengalaman panjang dalam menyesuaikan strategi penjualan di tengah tekanan ekonomi.

“Berbeda dengan mobil-mobil yang berbahan bakar fosil, seperti Toyota, Mitsubishi, dan lain-lain. Mereka selalu membuat satu strategi bagaimana dalam kondisi saat ini ekonomi tidak berimpek saja, membuat produk-produk mobil yang harganya relatif lebih murah dan terjangkau oleh masyarakat,” ujarnya.

Ibrahim menilai, jika insentif kendaraan listrik dihentikan dan perlakuan pajaknya disamakan dengan kendaraan berbahan bakar minyak, hal tersebut berpotensi memengaruhi minat masyarakat. Kondisi ini menurutnya juga perlu dilihat dalam konteks ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM.

“Karena pada saat insentif, subsidi insentif itu dihilangkan, kemudian pajak mobil listrik sama dengan pajak mobil l berbahan bakar fosil, kemungkinan besar harganya akan lebih mahal sehingga akan ditinggalkan,” kata Ibrahim.

Dia menambahkan, aspek ketidakpastian geopolitik global sering kali berdampak langsung pada harga minyak mentah dunia. Dalam situasi tersebut, setiap kebijakan yang berpotensi meningkatkan konsumsi BBM impor perlu dipertimbangkan secara cermat.

“Semoga wacana ini tidak jadi, karena saat ini perkembangan Indonesia masih belum stabil sehingga masih butuh insentif dari pemerintah. Tujuannya adalah agar masyarakat itu beralih dari membentuk bahan bakar fossil berubah menjadi bahan listrik,” ujar Ibrahim.

Halaman Selanjutnya

Menurutnya, pola adopsi kendaraan listrik yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa insentif menjadi pendorong awal sebelum kendaraan listrik benar-benar dipilih karena kebutuhan.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |