VIVA – Bagi konsumen, kemasan bukan sekadar pembungkus. Warna, logo, dan desain kerap menjadi penanda identitas sekaligus sarana mengenali produk yang sesuai dengan preferensi pribadi. Karena itu, rencana standardisasi kemasan rokok atau plain packaging yang tengah digodok Kementerian Kesehatan memunculkan perdebatan, bukan hanya di level regulasi, tetapi juga dalam konteks pengalaman konsumen.
Isu ini kembali mengemuka setelah pelaku industri menilai kebijakan tersebut berpotensi menghilangkan identitas merek secara menyeluruh. Dalam perspektif konsumen, penghapusan elemen visual pada kemasan dinilai dapat mengubah cara orang berinteraksi dengan sebuah produk, mulai dari proses memilih hingga membangun loyalitas.
Ketua Umum Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo), Benny Wachjudi, menilai bahwa elemen visual pada kemasan merupakan bagian penting dari identitas merek yang selama ini dilindungi oleh undang-undang. Menurutnya, merek tidak hanya soal nama, tetapi juga mencakup gambar, logo, hingga susunan warna yang berfungsi sebagai pembeda di pasar.
“Apabila salah satu komponen ini dihilangkan atau diseragamkan, maka esensinya tetap sama dengan kemasan polos,” ujar Bennydalam keterangan tertulis, Selasa, 30 Desember 2025.
Dalam konteks pengalaman konsumen, kemasan berperan sebagai media informasi sekaligus komunikasi. Desain membantu konsumen mengenali produk yang biasa mereka gunakan tanpa harus membaca detail kecil secara berulang.
Benny juga menyoroti bahwa penghapusan identitas visual dapat membatasi komunikasi antara produsen dan konsumen. Ia menilai konsumen memiliki hak untuk menerima informasi yang jelas dan memilih produk sesuai preferensi masing-masing. Menurutnya, hal ini berkaitan erat dengan prinsip perlindungan konsumen.
“Ini bertentangan dengan UU Perlindungan Konsumen yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebuah peraturan menteri,” tegasnya.
Dari sudut pandang gaya hidup, identitas merek kerap menjadi bagian dari kebiasaan dan rutinitas. Konsumen tidak hanya membeli produk, tetapi juga pengalaman yang melekat di dalamnya. Ketika identitas tersebut dihapus, pengalaman yang sebelumnya konsisten bisa berubah menjadi netral dan seragam, tanpa pembeda yang jelas.
Selain itu, Benny mengingatkan bahwa dampak kebijakan ini tidak berhenti pada konsumen. Industri kreatif dan periklanan juga berpotensi kehilangan ruang berekspresi karena hilangnya objek promosi. Efek lanjutan yang dikhawatirkan adalah menurunnya minat pendaftaran merek, yang pada akhirnya dapat memengaruhi penerimaan negara.
Halaman Selanjutnya
Di sisi lain, ia juga meragukan efektivitas plain packaging dalam menekan jumlah perokok. Menurutnya, kebijakan tersebut justru berisiko mendorong pertumbuhan rokok ilegal yang tidak mematuhi standar kemasan dan cukai, sehingga konsumen dihadapkan pada produk yang tidak terjamin.

3 hours ago
2









