Usai Boikot Muncul Istilah Baru Palestina Washing, Apa Itu?

23 hours ago 2

Selasa, 7 Januari 2025 - 23:55 WIB

Jakarta, VIVA – Konflik antara Israel dan Palestina yang berkepanjangan memunculkan istilah-istilah baru bagi kubu masing-masing pihak. Seperti gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) hingga yang terbaru Palestina Washing. Apa itu?

Palestina washing adalah upaya pembelaan diri dari merek global yang terafiliasi Israel dengan berpura-pura menaruh simpati kepada Bangsa Palestina. Scroll untuk informasi selengkapnya, yuk!

Peneliti Pusat Kajian dan Analisis Ekonomi Nusantara, Edo Segara Sutanto, menjelaskan, kepentingan bisnis yang memanfaatkan Palestina Washing mencakup berbagai bentuk, seperti perusahaan yang menggunakan isu konflik untuk meningkatkan penjualan, selebritas atau influencer yang mengambil posisi tanpa kontribusi nyata, hingga negara atau organisasi yang mengalihkan perhatian dari masalah internal mereka.

“Palestina Washing terjadi ketika entitas tertentu baik itu perusahaan, selebritas, atau bahkan negara memanfaatkan situasi perang Israel-Palestina untuk kepentingan bisnis atau citra mereka,” ujar Edo dalam keterangannya, dikutip Selasa 7 Januari 2025.

Dia lebih lanjut mengatakan, pelaku biasanya memanfaatkan konflik yang terjadi di Timur Tengah untuk kepentingan pribadi.

Istilah Palestina Washing menjadi viral usai Wakil Sekretaris Jenderal MUI, Ikhsan Abdullah, menggunakannya dalam berbagai kesempatan. Salah satunya, Wasekjen MUI itu dinilai kerap melakukan promosi pada produk air minum dalam kemasan (AMDK) tertentu.

Edo pun mempertanyakan peran Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam konflik Palestina-Israel. Menurutnya, MUI seharusnya berperan mencerahkan publik, bukan justru aktif mempromosikan produk tertentu.

"Memang apa kewenangan MUI dalam mempromosikan produk tertentu terbebas dari afiliasi dengan Israel ke konsumen," kata Edo Segara mempertanyakan tugas dan fungsi MUI yang sebenarnya.

Menurutnya, narasi yang disampaikan Ikhsan Abdullah terkesan syarat akan kepentingan bisnis. Karena menyiratkan ada perusahaan-perusahaan yang sedang berupaya membela diri karena diduga terafiliasi dengan Israel.

Edo menilai, tugas MUI, termasuk Ikhsan Abdullah adalah untuk memastikan afiliasi produk tertentu dengan Israel berdasarkan data-data akurat adalah benar. Dia melanjutkan, yang keliru yakni mengampanyekan produk tertentu, apalagi dilakukan di tengah kemelut kemanusiaan yang terjadi di Palestina.

Akademisi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini berpendapat bahwa MUI seharusnya mencontoh cara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengonfirmasi keterkaitan perusahaan tertentu dengan Israel. Menurutnya, jangan alih-alih mempromosikan klaim tanpa didukung data lengkap dan akurat.

"Memanfaatkan situasi perang untuk kepentingan bisnis adalah tindakan yang sangat tidak etis dan dapat dianggap jahat. Perang seperti konflik Israel-Palestina membawa penderitaan besar bagi jutaan orang," tegas Edo.

Dia menyarankan, lebih baik pihak yang ingin terlibat dalam situasi seperti ini berkontribusi secara nyata, seperti mendonasikan keuntungan untuk lembaga kemanusiaan atau meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perdamaian. Menurutnya, orientasi tindakan pada keuntungan pribadi di tengah penderitaan hanyalah bentuk oportunisme yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.

"Meski dalam dunia bisnis, strategi ini sering dianggap wajar, namun eksploitasi penderitaan akibat perang untuk keuntungan pribadi merupakan tindakan yang tidak bermoral," tegas Edo lagi.

Meski demikian, Edo menilai bahwa lebih baik setiap pihak fokus membantu warga yang menjadi korban kekejaman tentara Israel. Dia melanjutkan, menjaga stabilitas ekonomi dan politik dalam negeri perlu dikedepankan dibanding saling menjatuhkan dengan memanfaatkan konflik kemanusiaan yang ada.

Halaman Selanjutnya

Edo pun mempertanyakan peran Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam konflik Palestina-Israel. Menurutnya, MUI seharusnya berperan mencerahkan publik, bukan justru aktif mempromosikan produk tertentu.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |