Arafah, Miniatur Padang Mahsyar: Tempat Kesetaraan dan Pertanggungjawaban Diri

1 day ago 4

Khutbah Arafah

Kamis, 5 Juni 2025 - 16:36 WIB

Mekkah, VIVA – Momen wukuf di Arafah dalam ibadah haji tak sekadar menjadi rukun haji yang wajib dilaksanakan, tetapi juga menyimpan makna spiritual mendalam.  Padang Arafah disebut-sebut sebagai miniatur Padang Mahsyar, tempat manusia dikumpulkan tanpa sekat status, pangkat, maupun kekayaan.

Dalam suasana yang penuh kekhusyukan, jutaan jemaah dari berbagai penjuru dunia berdiri di bawah langit terbuka, mengenakan pakaian putih tak berjahit, simbol kesucian dan kesetaraan di hadapan Allah SWT.

Tidak ada lagi perbedaan antara pejabat dan rakyat biasa, antara kaya dan miskin.

"Arafah adalah miniatur mahsyar. Di tempat ini umat manusia berkumpul dengan pakaian yang sama, berwarna putih sebagai lambang kesucian dan kesetaraan hamba di hadapan Tuhannya. Pangkat tak lagi berguna. Jabatan tak lagi digdaya. Status sosial tak lagi berfaedah," kata Khatib pada Khutbah Arafah Jemaaah Haji Indonesia, KH. Ahmad Said Asori di Mekkah, Kamis, 5 Juni 2025.

Gambaran itu menggugah kesadaran spiritual akan hari akhir. Layaknya Padang Mahsyar kelak, setiap manusia akan datang seorang diri di hadapan Tuhannya. Harta benda, keluarga, bahkan pasangan hidup tak lagi bisa dijadikan sandaran.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Abasa 34–36: "Pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya,"

Demikian pula hari kiamat nanti, semua manusia dikumpulkan di padang Mahsyar dengan penuh harap cemas, menanti hisab amal perbuatannya. Di hari itu, harta, anak, suami, istri, dan sanak saudara tak lagi mampu menjadi sandaran. 

"Pada hari kiamat, kita akan datang sendiri-sendiri menuju Allah, tanpa pasangan, tanpa pendamping, untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatan yang kita lakukan," ujar Kiai Said

Pada hari kiamat, manusia tidak lagi membawa identitas duniawinya. Yang tersisa hanyalah amal perbuatan, dan yang dapat menyelamatkan hanyalah keimanan serta hati yang bersih.

"Di hari (kiamat), harta dan anak-anak tidak berguna lagi. Kecuali orang-orang yang  menghadap Allah dengan hati yang bersih," ungkapnya mengutip Surat Asy-Syu'ara': 88-89.

Maka, Arafah menjadi momen reflektif paling agung dalam ibadah haji—saat jutaan manusia bersimpuh, menangis, memohon ampunan, serta menata kembali jiwanya agar bersih saat kembali kepada Rabb-nya.

Halaman Selanjutnya

"Pada hari kiamat, kita akan datang sendiri-sendiri menuju Allah, tanpa pasangan, tanpa pendamping, untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatan yang kita lakukan," ujar Kiai Said

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |