Karawang, VIVA – Tren harga beras dunia yang cenderung menurun dinilai dikarenakan melimpahnya hasil panen beras saat ini di Indonesia dan mengakibatkan tidak adanya impor yang dilakukan.
Hal tersebut diungkap oleh Wakil Menteri Pertanian Sudaryono ketika meninjau Sentra Penggilingan Padi (SPP) di Pangulah Utara, Kota Baru, Karawang, Jawa Barat, didampingi Pemimpin Wilayah Perum Bulog Jabar, Mohamad Alexander.
“Kalau tren beras dunia menurun karena pelanggan utama dan yang paling banyak membelinya, enggak impor lagi, yaitu Indonesia,” ujar Sudaryono kepada wartawan di lokasi, Kamis, 15 Mei 2025.
Stok Beras di Gudang Bulog (Foto Ilustrasi)
Sudaryono menyebutkan bahwa dengan faktor Indonesia yang tidak melakukan impor beras itu membuat adanya pengaruh bagi komoditas beras dunia karena Indonesia sebelummya merupakan pelanggan impor beras.
Lebih lanjut, Sudaryono menyampaikan bahwa Indonesia sebagai pelanggan impor beras sebelumnya merupakan salah satu pelanggan dengan kuantitas impor terbesar di dunia.
Sehingga, ketika Indonesia tidak melakukan impor, para negara penyedia beras menjadi oversupply dengan stok beras yang mereka miliki, dan membuat harga beras dunia menurun.
“Nah begitu (Indonesia) enggak impor ya mereka oversupply kan. Begitu oversupply mereka turun,” ucap Sudaryono.
Petugas Perum Bulog cabang Indramayu memeriksa stok beras impor di Gudang Bulog Tegalgirang, Bangodua, Indramayu, Jawa Barat, Selasa, 23 Maret 2021.
Photo :
- ANTARA/Dedhez Anggara
Sudaryono menyampaikan bahwa tren harga beras dunia yang menurun itu dipastikan tidak mempengaruhi harga beras di Indonesia.
“Nah kita itu kan tidak terpengaruh harga beras kita dengan beras dunia, karena kan kita produksi semua dalam negeri kan, sehingga enggak ada masalah. Enggak ada masalah,” kata dia.
Adapun di tahun ini, Sudaryono mengatakan bahwa Bulog memiliki cadangan beras yang disimpan di gudang Bulog merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah, yakni 3,7 juta ton, di mana serapan tahun 2025 dari Januari sampai dengan hari Kamis ini, 15 Mei 2025, sudah 2.100.000 ton.
Halaman Selanjutnya
“Nah begitu (Indonesia) enggak impor ya mereka oversupply kan. Begitu oversupply mereka turun,” ucap Sudaryono.