Jakarta, VIVA – Aset keuangan Islam global diproyeksikan naik menjadi US$9,7 triliun (hampir Rp161 ribu triliun) pada 2029, naik dari US$5,98 triliun (Rp99 ribu triliun) di akhir 2024, didorong oleh perluasan pasar perbankan, sukuk, dan takaful, sebuah analisis baru menunjukkan.
Menurut laporan dari London Stock Exchange Group (LSEG), dan Islamic Corporation for the Development of the Private Sector – anggota Bank Pembangunan Islam, prospeknya menyiratkan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 10 persen selama periode lima tahun.
Seperti dikutip VIVA dari Arabnews, Kamis, 16 Oktober 2025, laporan tersebut menunjukkan bahwa Iran, Arab Saudi, dan Malaysia total menyumbang US$4,3 triliun (Rp71 ribu triliun), atau sekitar 72 persen, dari total aset keuangan Islam di seluruh dunia.
Rinciannya, Iran memimpin dengan US$2,24 triliun (Rp37 ribu triliun), diikuti Arab Saudi dengan US$1,31 triliun (Rp22 ribu triliun), dan Malaysia dengan US$761 miliar (Rp12 ribuan triliun).
Pada April 2025, sebuah laporan dari S&P Global menyoroti peran penting Arab Saudi dalam mendorong pertumbuhan keuangan Islam global tahun ini, yang didukung oleh ekspansi ekonomi non-minyak dan penerbitan sukuk yang kuat.
"Ke depannya, industri keuangan Islam akan dibentuk oleh konektivitas lintas batas, kemajuan regulasi, dan inisiatif nasional yang strategis," kata Kepala Keuangan Islam LSEG, Mustafa Adil.
Ia juga mencatat bahwa angka-angka tersebut menggarisbawahi peran vital industri keuangan Islam dalam mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan inklusi keuangan secara global.
Lantas, apakah Indonesia berkontribusi?
Mustafa Adil menyebut Uni Emirat Arab (UEA) memiliki aset keuangan Islam senilai US$460 miliar (Rp7.600 triliun), Kuwait dan Qatar memiliki aset masing-masing US$198 miliar (Rp3.200 triliun) dan US$192 miliar (Rp3.180 triliun).
Nah, berikutnya Indonesia memiliki aset keuangan Islam mencapai US$$179 miliar (hampir Rp3 ribu triliun), diikuti Bahrain US$139 miliar (Rp2.300 triliun), Turkiye US$127 miliar (Rp2.100 triliun), dan Pakistan US$77 miliar (Rp1.276 triliun) pada akhir 2024.
Negara-negara dengan mayoritas Muslim di Timur Tengah dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, terus mendominasi industri keuangan Islam, kendati pertumbuhan di pasar lain tetap ada, namun sebagian besar disebabkan oleh sifat etis intrinsik dari keuangan yang sesuai dengan syariah.
Pengamat Sepak Bola Nilai Kluivert Tak Miliki Rekam Jejak Jelas: Era Kemunduran Sepak Bola Indonesia
Pengamat sepak bola Erwin Fitriansyah menilai pemutusan kerja sama PSSI dengan Patrick Kluivert sebagai langkah tepat. Ia menyebut era Kluivert justru menjadi kemunduran.
VIVA.co.id
16 Oktober 2025