Jakarta, VIVA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI melaporkan pertumbuhan dua digit pada kuartal III-2025. Pertumbuhan ini dikontribusi oleh bisnis emas dan haji sebagai mesin cuan perseroan dengan laba tercatat sebesar Rp5,57 triliun.
BSI masih menjadikan emas sebagai produk unggulan. Sejak peluncuran layanan bulion oleh pemerintah 26 Februari 2025, bisnis emas BSI tumbuh mencapai Rp18,76 triliun tumbuh 72,82 persen secara year on year (yoy).
Bisnis Cicil Emas berkontribusi menyumbang Rp10,32 triliun atau 106,36 persen secara tahunan. Gadai Emas Rp 8,44 triliun tumbuh 44,19 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Saldo kelolaan tabungan E-mas tercatat sebanyak 1,15 ton dengan penjualan 1,69 ton dan CIF rekening emas mencapai 200 ribu.
Melesatnya pembiayaan emas turut didorong pembiayaan Konsumer naik 15,02 persen dengan outstanding Rp 167,62 triliun. Adapun sektor-sektor produktif yang menopang pembiayaan wholesale BSI yakni pada sektor Telekomunikasi, Agrobisnis, dan Transportasi.
Komposisi dana pihak ketiga (DPK) terdiri atas Tabungan sebesar 41,95 persen dengan outstanding Rp146,36 triliun, giro sebesar 17,41 persen dengan outstanding Rp60,64 triliun dan Deposito mencapai 40,58 persen dengan outstanding Rp141,38 triliun. Peningkatan dana mendorong aset perseroan tumbuh 12,37 persen menjadi Rp416triliun.
Direktur Utama BSI, Anggoro Eko Cahyo, menuturkan solid keuangan perseroan pada kuartal III-2025 tidak lepas dari dukungan kuat pemerintah melalui berbagai kebijakan ekonomi dan program stimulusnya. Mulai dari program stimulus tersebut, penurunan BI Rate dan penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) membuat likuiditas perbankan lebih kondusif.
"Program tersebut memperkuat peran BSI dalam pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Anggoro dalam keterangan resmi yang dikutip pada Jumat, 31 Oktober 2025.
Tabungan haji dan Tabungan bisnis dengan pertumbuhan masing-masing mengalami kenaikan 19 persen dan 55 persen. Lonjakan ini sejalan fokus perseroan menumbuhkan dana murah khususnya Tabungan dari unique sharia proposition.
Dari sisi pembiayaan tercatat sebesar Rp300,85 triliun atau tumbuh 12,65 secara tahunan. Mayoritas pembiayaan dikontribusi segmen Ritel UMKM dan Konsumer yang mencakup emas sebesar Rp217,86 triliun dengan komposisi sebesar 72,42 persen disusul segmen Wholesale sebesar Rp82,89 triliun atau mengomposisi 27,58 persen.
Halaman Selanjutnya
Kualitas pembiayaan terjaga dengan indikasi Non-Performing Financing (NPF) Gross di level 1,86 persen. Persentase tersebut membaik dari periode sebelumnya dan berada di atas posisi industri.
      

 7 hours ago
                                4
                        7 hours ago
                                4
                    















































