Jakarta, VIVA – Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia menyelenggarakan Embassy Briefing sebagai bagian dari rangkaian pra-acara Culture, Heritage, Arts, Narratives, Diplomacy, and Innovations (CHANDI) Summit 2025 yang akan digelar pada 3–5 September 2025 di Sanur, Bali.
Acara yang berlangsung di Museum Nasional Indonesia ini bertujuan untuk menyampaikan informasi resmi terkait substansi, agenda, serta arah strategis pelaksanaan CHANDI Summit kepada perwakilan kedutaan besar, organisasi internasional, dan mitra strategis lainnya.
Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon menegaskan pentingnya budaya sebagai kekuatan hidup yang tidak hanya mencerminkan masa lalu, tetapi juga membentuk masa depan yang inklusif dan berkelanjutan.
"Indonesia adalah negara dengan keragaman budaya luar biasa—1.340 suku dan 718 bahasa daerah—yang mewakili hampir 10 persen linguistik dunia. Budaya adalah harta nasional yang tak ternilai,” ujar Fadli.
Kemenbud menggelar Embassy Briefing Jelang CHANDI Summit 2025
Menurut Fadli Zon, budaya memiliki peran penting sebagai instrumen diplomasi lunak (soft power diplomacy) dalam membangun saling pengertian lintas tradisi dan mempererat hubungan antarbangsa.
"Kami juga percaya bahwa budaya merupakan diplomasi yang melampaui bahasa dan politik dan berbicara langsung pada jiwa manusia. Melalui diplomasi budaya, setiap negara menunjukan identitas mereka sambil berkontribusi pada keberagaman budaya global. Hal ini membuka jalan untuk dialog, kemitraan, dan perdamaian," ujar Menbud Fadli
Dalam kesempatan itu, Fadli menjelaskan, CHANDI Summit 2025 bertujuan untuk menegaskan kembali peran budaya dalam merespons tantangan abad ke-21, serta mendorong transformasi sosial dan ekonomi berbasis nilai-nilai budaya.
"Forum global ini akan menjadi wadah untuk pertukaran ide yang bermakna, dialog kritis, dan aksi kolaboratif. Menghadirkan para pemimpin dunia, pembuat kebijakan di bidang kebudayaan, organisasi internasional, akademisi, seniman, dan pelaku budaya untuk merumuskan kebijakan budaya yang visioner dan menentukan arah masa depan budaya," jelas Menteri Fadli
CHANDI Summit 2025 dijadwalkan akan dibuka secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dan akan menghadirkan sejumlah kegiatan penting, antara lain: Ministerial Summit yang mempertemukan para menteri kebudayaan untuk dialog tingkat tinggi, Diskusi panel dan sesi pleno bersama tokoh-tokoh dunia,
Lokakarya interaktif seputar praktik budaya seperti pembuatan keris dan batik, Pameran budaya serta pertunjukan seni lintas negara.
Selain itu, summit ini juga diharapkan menjadi pusat jejaring internasional dan kolaborasi lintas budaya, membuka peluang co-production seni, kemitraan kreatif lintas batas, serta koneksi antara sutradara film, produser, musisi, kurator, hingga wirausahawan budaya.
"Kami juga berharap perhelatan ini dapat menjadi wadah dalam berbagi praktik terbaik mengenai kebijakan budaya dan pengembangan ekonomi kreatif serta menjadi momentum dalam merayakan dan mempromosikan keberagaman budaya melalui pameran kurasi serta pertunjukan budaya," imbuh Fadli.
Acara Embassy Briefing ini dihadiri oleh sejumlah duta besar dan perwakilan tinggi dari negara sahabat, antara lain: Duta Besar Sudan, Yasser Mohamed Ali; Duta Besar Belarus, Raman Ramanouski; Duta Besar Bulgaria, Tanya Dimitrova; Duta Besar Hungaria, Lilla Karsay.
Duta Besar Serbia, Ivana Golubovic Duboka; Duta Besar Venezuela, Enrique Antonio Acuna Mendoza; Duta Besar Bosnia-Herzegovina, Armin Limo; Duta Besar Timor Leste, Roberto Sarmento de Oliveira Soares; Wakil Menteri Kebudayaan RI, Giring Ganesha; Direktur UNESCO Jakarta, Maki Katsuno-Hayashikawa,d an Kepala Unit Kebudayaan UNESCO Jakarta, Moe Chiba.
Sebagai bagian dari acara, Kementerian Kebudayaan juga meresmikan peluncuran laman resmi CHANDI Summit 2025 yang dapat diakses melalui www.chandisummit2025.org.
Situs ini menjadi sumber informasi resmi dan platform pendaftaran bagi peserta dari berbagai negara maupun masyarakat umum yang ingin berpartisipasi.
"Kami mengundang dengan hangat para perwakilan negara sahabat, para Menteri Kebudayaan untuk berpartisipasi dalam inisiatif bersejarah ini, dengan membawa pelaku budaya, stakeholder industri film, dan anggota ekosistem seni dan budaya yang lebih luas," tutup Menteri Fadli.
Halaman Selanjutnya
Selain itu, summit ini juga diharapkan menjadi pusat jejaring internasional dan kolaborasi lintas budaya, membuka peluang co-production seni, kemitraan kreatif lintas batas, serta koneksi antara sutradara film, produser, musisi, kurator, hingga wirausahawan budaya.