Jakarta, VIVA – Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa berhasil membawa produk lokal Jatim melesat dan berimbas pada tingkat kenaikan ekspor. Tercatat, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, nilai ekpsor selama periode Januari-April 2025 mencapai USD 8,31 miliar, meningkat 2,27 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pengamat Ekonomi Universitas Surabaya (Ubaya), Prita Ayu Kusumawardhany mengungkapkan adanya peningkatan ekspor Jatim merupakan buah kerja nyata Khofifah. Tak hanya itu, ia menilai, Khofifah piawai menaikkan pamor produk lokal agar bisa bersaing dengan produk luar.
“Peningkatan ekspor Jatim adalah sinyal positif bahwa produk lokal semakin kompetitif di pasar global,” kata Prita, dalam keterangannya, Kamis 12 Juni 2025.
Kendati demikian, Prita menegaskan, tugas Khofifah dan Pemprov Jatim ke depan tidaklah mudah guna mempertahankan capaian prestisius tersebut. Ia menjelaskan, bahwa ke depan, tantangan yang akan dijumpai beragam, mulai dari ketimpangan sektor hingga perlunya inovasi.
“Namun, masih ada tantangan di depan yaitu ketimpangan sektor dan perlunya inovasi berkelanjutan,” tuturnya.
Oleh karena itu, Prita memberi catatan kepada Khofifah dan Pemprov Jatim agar ke depan bisa terus mempertahankan catatan positif tersebut. Seperti faktor hilirisasi hingga membuka ceruk-ceruk ekspor baru.
“Butuh strategi jangka panjang biar tidak hanya naik sesaat. Seperti penguatan hilirisasi, inovasi produk, serta pembukaan pasar ekspor baru,” ujar Prita.
Seperti diketahui, naiknya ekspor Jatim terutama disumbang oleh ekspor nonmigas yang naik 3,65 persen dari USD 7,81 miliar menjadi USD 8,10 miliar. Pada April 2025, nilai ekspor mencapai USD 2,18 miliar, naik 19,68 persen secara tahunan (year-on-year).
Adapun sektor nonmigas itu terdiri dari perkebunan, perikanan, hingga industri kimia. BPS mencatat, komoditas kakao dan olahannya mengalami lonjakan ekspor sebesar 70,21 persen menjadi USD 119,15 juta dengan pasar utama ke Amerika Serikat dan India.
Lalu, komoditas lemak dan minyak hewan/nabati naik sebesar 42,70 persen atau senilai USD 207,3 juta. Kemudian, diikuti industri pengolahan dengan nilai ekspor mencapai USD 7,65 miliar atau 92,02 persen dari total ekspor nonmigas. Tak kalah penting, sektor pertanian tumbuh pesat hingga 46,57 persen dari tahun lalu, didorong oleh produk ikan, moluska, dan kakao.
Halaman Selanjutnya
“Butuh strategi jangka panjang biar tidak hanya naik sesaat. Seperti penguatan hilirisasi, inovasi produk, serta pembukaan pasar ekspor baru,” ujar Prita.