Malaysia Juara Keuangan Syariah Global, Posisi Indonesia bikin Kaget

21 hours ago 2

Kamis, 16 Oktober 2025 - 17:06 WIB

Jakarta, VIVA – Negara-negara dengan mayoritas Muslim di Timur Tengah dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, terus mendominasi industri keuangan Islam, kendati pertumbuhan di pasar lain tetap ada, namun sebagian besar disebabkan oleh sifat etis intrinsik dari keuangan yang sesuai dengan syariah.

Menurut laporan dari London Stock Exchange Group (LSEG), seperti dilansir VIVA dari Arabnews, Kamis, 16 Oktober 2025, pasar sukuk global melampaui nilai luar biasa sebesar US$1 triliun (Rp16.580 triliun) pada 2024, meskipun adanya hambatan makroekonomi yang terus-menerus.

Total penerbitan sukuk global mencapai US$254,3 miliar, naik 11 persen dari tahun ke tahun (yoy) pada akhir tahun lalu.

Sukuk ESG – instrumen investasi syariah yang dana dari penerbitannya digunakan untuk proyek dengan prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) – melampaui nilai beredar US$50 miliar (Rp829 triliun), dengan penerbitan baru senilai US$15,4 miliar (Rp255 triliun), menandai meningkatnya integrasi keberlanjutan ke dalam keuangan Islam.

Siapa yang pertama? Malaysia menduduki peringkat pertama dalam Indikator Pengembangan Keuangan Islam, yang disusun berdasarkan beberapa metrik, termasuk kinerja keuangan, tata kelola, keberlanjutan, pengetahuan, dan kesadaran.

"Pembiayaan Islam menyumbang lebih dari 46 persen dari total pembiayaan Malaysia. Sementara sektor Takaful menyumbang hampir 24 persen dari premi industri di tahun lalu," ujar Kepala Keuangan Islam LSEG, Mustafa Adil.

Dengan demikian, Malaysia menyumbang 36 persen pangsa sukuk global yang beredar. Selanjutnya, diikuti berturut-turut oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Indonesia, dan Pakistan.

Lalu, Kuwait, Bahrain, Iran, Qatar, Turkiye dan juga Bangladesh, secara kolektif mewakili pasar keuangan Islam yang paling maju dan terdiversifikasi di seluruh dunia.

Sebelumnya, aset keuangan Islam global diproyeksikan naik menjadi US$9,7 triliun (hampir Rp161 ribu triliun) pada 2029, naik dari US$5,98 triliun (Rp99 ribu triliun) di akhir 2024, didorong oleh perluasan pasar perbankan, sukuk, dan takaful, sebuah analisis baru menunjukkan.

Menurut laporan dari London Stock Exchange Group (LSEG), dan Islamic Corporation for the Development of the Private Sector – anggota Bank Pembangunan Islam, prospeknya menyiratkan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 10 persen selama periode lima tahun.

Halaman Selanjutnya

Laporan tersebut menunjukkan bahwa Iran, Arab Saudi, dan Malaysia total menyumbang US$4,3 triliun (Rp71 ribu triliun), atau sekitar 72 persen, dari total aset keuangan Islam di seluruh dunia. Sedangkan, Indonesia memiliki aset keuangan Islam mencapai US$$179 miliar (hampir Rp3 ribu triliun).

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |