Mengapa Pengangguran Makin Banyak di 2025? Bukan Cuma AI Biang Keroknya

5 hours ago 2

Selasa, 4 November 2025 - 16:12 WIB

Jakarta, VIVA – Angka pengangguran di beberapa negara mengalami kenaikan di tahun 2025. Di lain sisi, kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal juga terjadi di banyak perusahaan besar dunia seperti Amazon, Microsoft hingga Meta. 

Tak hanya itu, sejumlah negara, baik negara maju dan berkembang, juga melaporkan angka pengangguran muda yang meningkat. Artinya, banyak fresh graduate atau gen z yang saat ini tidak memiliki pekerjaan

Di Indonesia sendiri, angka pengangguran mencapai 4,76 persen pada periode Maret 2025. Bahkan, Indonesia menempati posisi teratas sebagai negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di ASEAN.

Kondisi yang mirip juga terjadi di Amerika Serikat (AS), China hingga Jepang, di mana negara-negara tersebut mengalami kenaikan angka pengangguran. Tingkat pengangguran  di China naik menjadi 5,3 persen, lalu AS mencapai 4,3 persen, serta Jepang yang angka penganggurannya kini menyentuh 2,6 persen. 

Lantas, apa yang menyebabkan angka pengangguran naik? Berikut penjelasan lengkapnya sebagaimana dirangkum dari Forbes, Selasa, 4 November 2025.

Faktor Tingginya Pengangguran di 2025

Ilustrasi Job Fair Nasional.

Photo :

  • VIVA/Muhamad Solihin

1. Pertumbuhan Lapangan Kerja yang Melambat

Proyeksi global menunjukkan bahwa penciptaan pekerjaan pada 2025 lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya. Pertumbuhan lapangan kerja diperkirakan hanya sekitar 1,5 persen dari tenaga kerja global, sehingga kesempatan memperoleh pekerjaan baru menjadi lebih terbatas.

2. Transformasi Teknologi dan Otomatisasi

Munculnya kecerdasan buatan dan otomatisasi mengubah struktur pekerjaan. Pekerjaan yang sebelumnya stabil kini rentan tergantikan oleh teknologi, sehingga sebagian pekerja mengalami pengangguran atau harus menyesuaikan keterampilan untuk sektor lain.

3. Ketidakpastian Ekonomi Global

Gangguan rantai pasokan, konflik geopolitik, dan ketidakpastian perdagangan membuat perusahaan menunda ekspansi tenaga kerja. Hal ini berdampak langsung pada ketersediaan pekerjaan baru dan menahan angka pengangguran agar tidak turun signifikan.

4. Pengangguran Kaum Muda dan Kelompok Rentan

Kaum muda, terutama yang baru memasuki dunia kerja, menghadapi risiko pengangguran lebih tinggi dibanding kelompok lainnya. Wanita muda juga mengalami tantangan tersendiri, terutama di negara berkembang. Kesenjangan keterampilan dan kurangnya pengalaman kerja semakin memperburuk situasi ini.

5. Mismatched Keterampilan dan Kebutuhan Pasar

Perubahan ekonomi dan teknologi membuat banyak pencari kerja tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Mismatch ini menyebabkan sebagian tenaga kerja sulit terserap meskipun ada lowongan pekerjaan tersedia.

Halaman Selanjutnya

Tingkat pengangguran yang tinggi ini tentu memengaruhi stabilitas sosial dan ekonomi, terutama di kelompok rentan. Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan individu dan negara terdampak:

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |