Sabtu, 28 Juni 2025 - 00:00 WIB
VIVA – Legenda Liverpool, Steven Gerrard, akhirnya buka suara soal momen kelam yang terus menghantuinya hingga kini: insiden tergelincirnya di laga krusial melawan Chelsea pada April 2014, yang disebut-sebut menjadi titik runtuhnya harapan The Reds merengkuh gelar Premier League pertama sejak 1990.
Dalam dunia olahraga, ada banyak momen "andaikan" yang terus dibicarakan. Namun, bagi suporter Liverpool, tak ada yang lebih menyakitkan dari momen kala Gerrard terpeleset di hadapan publik Anfield—membiarkan Demba Ba berlari bebas dan mencetak gol untuk Chelsea, yang kala itu diasuh Jose Mourinho.
Insiden itu tak hanya mengubah jalannya pertandingan, tapi juga dianggap sebagai momen yang meruntuhkan mimpi Liverpool menjadi juara.
Manchester City akhirnya keluar sebagai kampiun musim itu, dan Gerrard, sang kapten sekaligus ikon klub, harus menanggung beban berat atas tragedi tersebut.
Bertahun-tahun berlalu, Gerrard akhirnya mengungkap tindakan ekstrem yang ia lakukan sesaat setelah laga berakhir. Dalam autobiografinya yang bertajuk My Story, Gerrard menuliskan bagaimana momen itu menghantam kesehatan mentalnya.
"Saya duduk di kursi belakang mobil dan merasakan air mata mengalir di wajah saya. Saya sudah bertahun-tahun tidak menangis, tapi dalam perjalanan pulang, saya tak bisa menahan air mata itu," tulis Gerrard.
"Rasanya seperti kehilangan anggota keluarga. Seluruh kisah saya selama 25 tahun bersama Liverpool seakan tumpah dalam satu sore itu. Saya bahkan tak mencoba menghentikan tangisan diam itu. Kejadian di lapangan terus terulang di kepala saya."
Sebagai putra asli kota Liverpool dan kapten yang dipuja publik Anfield, kegagalan itu membuat Gerrard terjebak dalam ruang gelap penuh rasa bersalah. Ia bahkan mengaku sempat merasa putus asa, meski ribuan fans tetap menyanyikan lagu kebanggaan You'll Never Walk Alone.
"Saya merasa sangat terisolasi. Sangat sendirian," ungkapnya.
"Lagu Liverpool mengingatkanmu untuk tetap tegak saat badai datang. Untuk tidak takut akan gelap. Untuk terus berjalan melewati angin dan hujan, meski mimpimu terombang-ambing, dan tetap berjalan dengan harapan di hati. Tapi saat itu, saya merasa tak punya lagi harapan."
Parahnya, kondisi mental Gerrard begitu terpukul hingga ia mengaku nyaris mencari bantuan profesional karena takut dirinya akan menyakiti diri sendiri.
"Saya seperti menuju ke tempat pengawasan bunuh diri," tulisnya dengan jujur.
Meski tak ada satu pun penggemar Liverpool yang menyalahkannya, pengakuan ini menunjukkan bahwa di balik kejayaan dan sorotan dunia, seorang legenda sekalipun tetaplah manusia yang bisa terluka—dan Gerrard memilih untuk membagikan luka itu, demi menunjukkan bahwa bahkan pahlawan pun bisa jatuh.
Halaman Selanjutnya
Sebagai putra asli kota Liverpool dan kapten yang dipuja publik Anfield, kegagalan itu membuat Gerrard terjebak dalam ruang gelap penuh rasa bersalah. Ia bahkan mengaku sempat merasa putus asa, meski ribuan fans tetap menyanyikan lagu kebanggaan You'll Never Walk Alone.