Jakarta, VIVA – Dalam semangat Hari Bhayangkara ke-79, masyarakat menyampaikan apresiasi atas berbagai inovasi yang dilakukan Korlantas Polri, di bawah kepemimpinan Kakorlantas Polri Irjen Pol Agus Suryonugroho, sekaligus memberikan masukan penting untuk perbaikan pelayanan ke depan.
Salah satu aspirasi yang muncul kuat dari publik adalah perlunya diwujudkan budaya pelayanan yang lebih ramah dan proaktif, yang dirangkum dalam satu usulan jargon yaitu 'Polantas Menyapa'.
Jargon ini bukan sekadar simbol, melainkan cerminan harapan masyarakat agar setiap petugas polisi lalu lintas benar-benar hadir sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan yang humanis. Bahwa tugas polisi lalu lintas bukan hanya menindak pelanggaran, tapi juga menyapa, membantu, dan memberikan rasa aman di tengah masyarakat.
Kakorlantas Polri Irjen Agus Suryonugroho
“Kami ingin ada perubahan dari cara-cara lama. Polantas itu bukan hanya penegak hukum, tapi juga wajah pertama kepolisian yang bertemu langsung dengan rakyat. Maka perlu budaya ‘menyapa’ yang menunjukkan kedekatan dan kepedulian,” ujar Dwi, seorang pengemudi ojek daring di Jakarta.
Usulan masyarakat agar jargon 'Polantas Menyapa' diangkat dan diterapkan secara nyata sejalan dengan semangat Polri Presisi yang mengedepankan pelayanan publik yang prediktif, bertanggung jawab, dan transparan.
Sejumlah keberhasilan Korlantas, seperti penerapan ETLE, SIM Online, dan modernisasi sistem pengawasan lalu lintas mendapat apresiasi. Namun, masyarakat menekankan bahwa kemajuan teknologi harus dibarengi dengan reformasi budaya pelayanan di lapangan.
Harapan yang disampaikan antara lain pertama, 'Polantas Menyapa' dijadikan moto resmi pelayanan di lapangan, sebagai simbol kedekatan dan keramahan.
Kedua, dibangun budaya komunikasi yang santun dan empatik dalam setiap interaksi petugas dengan masyarakat.
Ketiga, ditingkatkannya pelatihan pelayanan publik bagi anggota, terutama di pos jaga, lokasi tilang, dan kantor pelayanan SIM. Keempat, petugas hadir tidak hanya saat razia, tetapi juga aktif menyapa, mengarahkan, dan memberi edukasi lalu lintas. Kelima, disediakan kanal umpan balik publik yang terbuka, untuk memantau pelaksanaan nilai-nilai 'Polantas Menyapa'.
Warganet pun ramai menggaungkan dukungan terhadap gagasan ini di media sosial. Banyak yang menilai bahwa jika 'Polantas Menyapa' benar-benar diterapkan, citra Polantas akan berubah dari yang dulu terkesan kaku dan menegangkan menjadi lebih ramah, bersahabat, dan solutif.
“Kalau polisi lalu lintas menyapa duluan, senyum, lalu bantu arahkan itu kecil, tapi dampaknya besar. Rakyat akan merasa dihargai,” tulis akun @nafi_roadcare.
Momen Hari Bhayangkara ke-79 ini menjadi momentum emas untuk membuktikan bahwa Korlantas Polri siap berbenah dan mendengarkan aspirasi rakyat. Usulan 'Polantas Menyapa' adalah cermin dari harapan masyarakat akan hadirnya polisi lalu lintas yang tidak hanya profesional, tetapi juga menyentuh hati rakyat.
Halaman Selanjutnya
Harapan yang disampaikan antara lain pertama, 'Polantas Menyapa' dijadikan moto resmi pelayanan di lapangan, sebagai simbol kedekatan dan keramahan.