Liputan6.com, Jakarta - Ungkapan 'diam itu emas' memang familiar, tapi dalam hubungan, diam tidak selalu menandakan hal yang baik. Psikolog menekankan bahwa makna diam sangat bergantung pada konteks. Ada perbedaan signifikan antara diam untuk menenangkan diri dan silent treatment yang merusak hubungan.
Melansir dari Verywell Mind pada Senin, 29 Desember 2025, silent treatment terjadi ketika seseorang sengaja menolak berkomunikasi untuk mengontrol, menghukum, atau menunjukkan kuasa dalam hubungan. Berbeda dengan diam sementara yang dilakukan untuk berpikir jernih, silent treatment bersifat manipulatif dan berpotensi merusak ikatan emosional pasangan.
Dalam hubungan sehat, diam dapat menjadi hal yang wajar. Misalnya, saat emosi sedang memuncak, salah satu atau kedua pasangan memilih mengambil waktu sejenak untuk menenangkan diri.
Biasanya, ada kesepakatan bahwa topik tersebut akan dibahas kembali di lain waktu. Diam juga bisa menjadi bentuk perlindungan diri, terutama dalam situasi yang mengandung kekerasan verbal atau emosional.
Dengan kata lain, diam yang digunakan untuk menenangkan diri atau merenung bukan silent treatment. Yang membedakan adalah niat dan tujuan. Silent treatment adalah penolakan total untuk membahas masalah, baik sekarang maupun nanti.
Ciri-Ciri Silent Treatment dalam Hubungan
Silent treatment sering digunakan sebagai alat manipulasi. Pasangan yang mengalaminya kerap merasa tidak dihargai, bingung, terluka, marah, dan tidak dianggap penting.
Beberapa tanda silent treatment antara lain:
- Menolak berbicara atau mengabaikan pasangan selama berhari-hari atau berminggu-minggu,
- Tidak merespons pesan, telepon, atau menghindari kontak mata,
- Menggunakan diam sebagai hukuman ketika pasangan berbuat sesuatu yang tidak disukai,
- Menuntut pasangan meminta maaf atau mengalah agar komunikasi kembali terbuka,
- Menghindari tanggung jawab atas perilaku yang menyakiti pasangan,
- Menggunakan diam untuk menghentikan diskusi atau menutup topik tertentu.
Dampak Silent Treatment terhadap Hubungan
Ketika silent treatment menjadi pola, hubungan bisa berubah menjadi tidak sehat. Pasangan yang menerima perlakuan ini sering berusaha keras untuk memulihkan komunikasi, bahkan dengan mengorbankan kebutuhan dan perasaannya sendiri.
Akibatnya, fokus hubungan bergeser. Masalah utama terlupakan, sementara perhatian tertuju pada upaya menenangkan pihak yang memilih diam. Masalah yang tidak pernah dibahas akan terus menumpuk dan perlahan merusak hubungan.
Penelitian menunjukkan bahwa di otak, diabaikan atau dikucilkan memicu area yang sama dengan rasa sakit fisik. Ini menjelaskan mengapa silent treatment terasa sangat menyakitkan secara emosional.
Cara Menyikapi Silent Treatment dalam Hubungan
Ketika pola ini muncul, penting bagi kedua pasangan untuk menyadari perannya masing-masing. Menggunakan kalimat dengan “Aku merasa” atau “Aku” lebih membantu dibandingkan langsung menyalahkan pasangan dengan kata “Kamu.”
Jika pola diam dan menuntut sulit diubah, konseling pasangan dapat membantu memperbaiki cara berkomunikasi. Namun, jika silent treatment digunakan sebagai bentuk kekerasan emosional, keselamatan emosional dan fisik harus menjadi prioritas.
Menghindari upaya memaksa pasangan berbicara dan mengambil jarak yang aman dapat menjadi langkah perlindungan diri. Bantuan dari terapis berpengalaman dapat membantu memahami situasi dan menentukan langkah yang tepat.

3 hours ago
1
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5376531/original/070546200_1760007163-sppg6.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4278478/original/033818600_1672538147-20221231-pesta_kembang_api-HERMAN_6.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5159830/original/087998900_1741761265-Lipstik.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5458018/original/022809100_1767069178-viagra_palsu.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5457945/original/041780600_1767067052-obat_palsu.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5457509/original/059593900_1767003638-tahun_baru.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2229107/original/018359900_1527400467-20180527-Balap-Liar-MER-ISN1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5454684/original/003885500_1766567888-Ilustrasi_perayaan_tahun_baru_2026_di_Jakarta.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/947671/original/038290000_1438838967-5_healthy-holistic-living_com.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5456127/original/034790100_1766809420-KamranAydinov.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4030659/original/062249300_1653284610-melihat-langsung-pelayanan-Faskes-Tingkat-1-BPJS-Kesehatan-ARBAS-8.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5275349/original/098248000_1751875135-e788cf8e-a1ab-495b-862a-4d13aa2a65d4.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5457347/original/016217700_1766997875-Seskab_Pemulihan.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5261046/original/084816300_1750654653-20250623-Pesta_Kembang_Api-ANG_1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4700679/original/085175600_1703756766-ian-schneider-PAykYb-8Er8-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5456999/original/091421900_1766983307-farma.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5456929/original/013904000_1766981170-wold_cancer_day.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5179966/original/036500400_1743676596-20250403-Kota_Tua-HER_1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5456861/original/071467700_1766978573-Direktur_Utama_BPJS_Kesehatan__Ghufron_Mukti.jpeg)









