Jakarta, VIVA – Negara-negara anggota Uni Eropa (UE) akan dipaksa untuk menghentikan penggunaan peralatan teknologi komunikasi yang dibuat oleh raksasa teknologi China Huawei dan ZTE dalam jaringan telekomunikasi mereka.
Seperti dikutip VIVA dari situs Bloomberg, Jumat, 14 November 2025, rencana yang dilaporkan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara China dan Uni Eropa.
Selama setahun terakhir, Brussels – ibu kota UE – dan Beijing telah berselisih mengenai apa yang disebut blok tersebut sebagai kelebihan produksi industri China, sementara otoritas Beijing menuduh Brussels melakukan proteksionisme.
Berdasarkan proposal tersebut, Wakil Presiden Komisi Uni Eropa Henna Virkkunen berupaya mengubah rekomendasi pada 2020 tentang pengecualian vendor "berisiko tinggi" dari jaringan seluler menjadi persyaratan hukum yang mengikat.
Jika diadopsi, aturan tersebut akan berlaku untuk perangkat jaringan seluler dan infrastruktur telepon tetap, karena Virkkunen dikabarkan sedang mengkaji opsi untuk membatasi penggunaan perangkat China dalam perluasan jaringan serat optik dan pita lebar.
Komisi UE juga dilaporkan berencana untuk mendesak negara-negara non-Uni Eropa untuk bergabung dalam larangan tersebut, membentuk koalisi yang lebih luas melawan penyedia telekomunikasi China.
Negara-negara anggota UE yang saat ini membuat keputusan infrastruktur di tingkat nasional dapat menghadapi proses pelanggaran dan sanksi keuangan berdasarkan kewenangan penegakan Brussels, jika peraturan tersebut diberlakukan.
Meskipun Swedia telah melarang penggunaan vendor China dalam jaringan 5G mereka bertahun-tahun yang lalu, namun, anggota Uni Eropa lainnya masih mengizinkan penerapan teknologi China di beberapa bagian infrastruktur nasional mereka.
Jerman dan Finlandia dilaporkan sedang mempertimbangkan pembatasan yang lebih ketat terhadap Huawei dan ZTE.
Sebagai tanggapan, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa melarang perusahaan negaranya mengakses pasar UE melalui cara administratif tanpa dasar hukum atau dasar fakta apapun sangat melanggar prinsip pasar dan aturan persaingan yang sehat.
Inisiatif terbaru ini menandai fase eskalasi lain dalam iklim perdagangan yang memburuk antara Brussel dan Beijing.
Awal tahun ini, Pemerintah Belanda mengambilalih kendali produsen chip Nexperia yang berbasis di negeri Kincir Angin itu, yang dimiliki oleh Wingtech Technology asal China, dengan alasan risiko terhadap keamanan teknologi Uni Eropa.
Halaman Selanjutnya
Langkah ini mendorong Beijing untuk membalas dengan melarang ekspor chip buatan Nexperia dari China, yang dilaporkan memaksa Amsterdam untuk mempertimbangkan pengembalian kendali perusahaan tersebut.

4 weeks ago
5









