Tel Aviv, VIVA – Otoritas Israel mendeportasi aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg bersama sejumlah relawan lainnya yang berada di kapal Madleen ke negaranya masing-masing.
Diketahui, Greta Thunberg bersama belasan aktivis lainnya ditahan militer Israel setelah kapal 'Madleen' yang mereka tumpangi hendak berlayar ke Gaza untuk mengirimkan bantuan.
"Greta Thunberg baru saja meninggalkan Israel dengan penerbangan menuju Swedia (melalui Prancis)," demikian pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Israel melalui X, Selasa, 10 Juni 2025.
Israel juga memastikan sejumlah relawan lainnya yang berada di kapal Madleen, telah tiba di Bandara Ben Gurion untuk dideportasi. Beberapa di antara mereka dijadwalkan segera meninggalkan Israel.
"Para penumpang Selfie Yacht (kapal Madleen) telah tiba di Bandara Ben Gurion untuk meninggalkan Israel dan kembali ke negara asal mereka. Beberapa penumpang diperkirakan akan berangkat dalam beberapa jam ke depan," ujar Kemlu Israel
Aktivis Swedia Greta Thunberg yang diculik Israel dideportasi
"Mereka yang menolak menandatangani dokumen deportasi dan enggan meninggalkan Israel akan dibawa ke hadapan otoritas hukum sesuai peraturan yang berlaku di Israel untuk mengesahkan proses deportasi," lanjut pernyataan tersebut.
Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa para penumpang kapal disambut oleh perwakilan konsuler dari negara asal mereka masing-masing setibanya di Bandara Ben Gurion.
Sebelumnya, pemerintah Swedia tengah menjalin komunikasi intensif dengan Israel setelah pasukan Zionis mencegat kapal bantuan kemanusiaan ke Gaza di perairan internasional dan menahan seluruh penumpangnya, termasuk aktivis iklim dunia, Greta Thunberg.
Kementerian Luar Negeri Swedia melalui kantor persnya menyatakan bahwa mereka terus memantau situasi tersebut dengan cermat setelah insiden penahanan terjadi terhadap para aktivis di atas kapal Madleen.
“Kementerian Luar Negeri dan perwakilan terkait di luar negeri telah mengetahui situasi ini dan sedang memantau perkembangannya,” ujar kantor tersebut dalam pernyataannya.
Kemlu Swedia juga menegaskan bahwa mereka kini sedang berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Swedia di Tel Aviv untuk menjalin komunikasi dengan otoritas Israel. Mereka memastikan langkah-langkah konsuler siap dilakukan apabila dibutuhkan oleh warganya.
"Jika bantuan konsuler dibutuhkan, Kedutaan Besar dan Kementerian Luar Negeri akan mengevaluasi cara terbaik untuk memberikan bantuan kepada warga negara Swedia,” sebut pernyataan itu.
Dicegat Tentara Israel
Kapal Madleen yang berlayar dengan bendera Inggris dicegat oleh pasukan Israel pada Senin pagi, sebelum berhasil mencapai Gaza. Setelah digeledah, kapal tersebut kemudian ditarik menuju pelabuhan di wilayah Israel.
Kapal ini mengangkut total 12 orang yang tergabung dalam misi kemanusiaan: 11 aktivis dari berbagai negara dan seorang jurnalis. Selain Greta Thunberg, beberapa nama lain yang turut ditahan antara lain Yasemin Acar dari Jerman; Baptiste Andre, Pascal Maurieras, Yanis Mhamdi, Reva Viard, dan jurnalis Al Jazeera Mubasher Omar Faiad dari Prancis; Thiago Avila dari Brasil; Suayb Ordu dari Turki; Sergio Toribio dari Spanyol; dan Marco van Rennes dari Belanda.
Salah satu tokoh penting yang juga turut ditahan adalah Rima Hassan, anggota Parlemen Eropa keturunan Prancis-Palestina.
Misi ini diorganisasi oleh koalisi Freedom Flotilla, yang mengirim Madleen dari Sisilia, Italia, dengan tujuan menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, wilayah kantong Palestina yang telah diblokade total oleh Israel sejak Maret lalu.
Di dalam kapal, bantuan yang dibawa mencakup kebutuhan darurat seperti susu formula bayi, beras, tepung, popok, pembalut wanita, perlengkapan medis, alat penyuling air, kruk, hingga kaki dan tangan palsu untuk anak-anak korban perang.
Situasi kemanusiaan di Gaza saat ini berada di ambang krisis. Blokade total Israel membuat 2,4 juta warga di wilayah tersebut berada dalam ancaman kelaparan, sebagaimana telah diperingatkan berbagai badan internasional.
Di tengah krisis yang terus memburuk, Israel juga menghadapi tekanan hukum internasional. Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang di Gaza.
Selain itu, Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya terhadap warga sipil Palestina.
Halaman Selanjutnya
Sebelumnya, pemerintah Swedia tengah menjalin komunikasi intensif dengan Israel setelah pasukan Zionis mencegat kapal bantuan kemanusiaan ke Gaza di perairan internasional dan menahan seluruh penumpangnya, termasuk aktivis iklim dunia, Greta Thunberg.