Andritany hingga KPK Bicara Sepakbola Indonesia, Ada Suap di Usia Muda?

1 day ago 8

Sabtu, 31 Mei 2025 - 14:06 WIB

VIVA – Praktik suap dan pengaturan uang dalam sepakbola usia muda kembali menjadi sorotan. Isu ini mencuat dalam gelaran Seminar SEPAKBOLA (Seminar Edukasi Penggiat Anti Korupsi Bikin Olahraga Lebih Ajib) yang berlangsung di Jakarta, Jumat, 30 Mei 2025.

Acara ini digelar berkat kolaborasi antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI melalui Asisten Deputi Olahragawan Elit, Budi Ariyanto Muslim, serta Sport Corner Indonesia.

Seminar ini menghadirkan sejumlah tokoh penting, mulai dari Direktur Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi KPK, Amir Arief, mantan striker Timnas Indonesia, Indriyanto Nugroho, hingga Presiden Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI), Andritany Ardhiyasa.


Dalam sambutannya, Amir Arief menegaskan pentingnya menjaga nilai-nilai sportivitas sejak pembinaan usia dini. Ia menyoroti persoalan korupsi yang mencederai dunia sepakbola, bahkan sejak jenjang junior.

"Keresahan masyarakat terhadap praktik di lapangan memang nyata. Sepakbola yang seharusnya menjunjung tinggi fair play, justru banyak tercoreng oleh praktik tak sehat, mulai dari usia dini hingga level profesional," ujar Amir.

Ia menambahkan, KPK mendukung penuh langkah Sport Corner dan Kemenpora untuk memperkuat edukasi antikorupsi di dunia olahraga.

"Sport itu berasal dari kata 'disportare', permainan yang membawa suka cita, penghormatan, dan nilai-nilai kejujuran. Bukan ajang untuk bayar-membayar agar naik kelas atau curang dalam usia kompetisi," tegasnya.


Sementara itu, Indriyanto Nugroho yang kini aktif membina sepakbola usia muda, menyayangkan maraknya praktik suap dalam proses seleksi pemain muda.

"Sepakbola tidak bisa dinilai dari kondisi finansial orang tua. Yang dibutuhkan adalah kualitas, teknik, kedisiplinan, serta konsistensi latihan," ungkap Indriyanto.

Senada, Andritany Ardhiyasa menyebut praktik suap dan manipulasi di level akar rumput sangat merugikan masa depan sepakbola nasional.


"Kalau talenta asli disingkirkan karena tidak punya 'amplop', maka ke depan tidak akan ada regenerasi murni. Sepakbola kita jadi kehilangan fondasi," ujarnya.

Ia mendesak agar praktik semacam ini diusut tuntas dan dibersihkan secara menyeluruh.

Dari sisi pengembangan kompetisi, pengamat sepakbola Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali, juga menyampaikan masukannya. Ia mendorong agar Piala Soeratin dibuat lebih kompetitif, bukan sekadar turnamen sistem gugur.

"Kompetisi usia muda perlu diperbaiki. Jangan sekali main lalu pulang. Tim kalah pun mungkin punya pemain bagus, dan itu tak boleh hilang begitu saja," katanya.


Seminar ini menjadi momentum penting bagi para pemangku kepentingan untuk bersama-sama membangun ekosistem sepakbola yang bersih, adil, dan profesional sejak usia dini.

Halaman Selanjutnya

"Sepakbola tidak bisa dinilai dari kondisi finansial orang tua. Yang dibutuhkan adalah kualitas, teknik, kedisiplinan, serta konsistensi latihan," ungkap Indriyanto.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |