Atmosfer Titan Bergoyang Seperti Gasing: Ilmuwan Bingung, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

1 day ago 4

Rabu, 11 Juni 2025 - 19:31 WIB

Jakarta, VIVA – Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah tertarik dengan 'goyangan aneh' di atmosfer Titan, Bulan terbesar milik Saturnus. Kini, penelitian baru mengungkap petunjuk tentang kemiringan atmosfer Titan yang aneh, tetapi juga memunculkan misteri baru.

Data dari misi Cassini ke Saturnus menunjukkan bahwa, tidak seperti atmosfer Bumi, atmosfer Titan tidak berputar seirama dengan permukaannya. Sebaliknya, atmosfer Titan miring dan bergeser seperti gasing yang berputar dan berubah arah seiring musim.

"Perilaku kemiringan atmosfer Titan sangat aneh," kata Lucy Wright, penulis utama penelitian baru dan peneliti pascadoktoral di School of Earth Sciences di University of Bristol di Inggris, dalam sebuah pernyataan.

"Kami pikir beberapa peristiwa di masa lalu mungkin telah menggeser atmosfer dari poros putarannya, menyebabkannya bergoyang," jelasnya, seperti dikutip dari situs Space.

Para ilmuwan mengira arah kemiringan akan dipengaruhi oleh gravitasi Saturnus atau posisi Matahari, seperti yang sering terjadi di sistem planet — artinya kemiringan akan berubah saat Titan mengorbit Saturnus dan Matahari.

Namun, pengamatan menunjukkan bahwa arah kemiringan tidak berubah. Sebaliknya, kemiringan tetap mengarah ke arah yang sama di luar angkasa, seolah-olah tidak terpengaruh oleh gaya eksternal tersebut.

Temuan ini tidak terduga. Jika pemanasan Matahari atau gravitasi Saturnus mengendalikan kemiringan tersebut, kemiringan tersebut seharusnya berubah seiring waktu.

Sebaliknya, kemiringan tersebut tampaknya terkunci pada tempatnya, yang menunjukkan bahwa beberapa proses lain yang masih belum diketahui sedang berlangsung, demikian laporan para peneliti dalam sebuah studi yang diterbitkan pada 20 Mei 2025 di The Planetary Science Journal.

"Itu akan memberi kita petunjuk tentang penyebabnya. Sebaliknya, kita punya misteri baru," kata Nick Teanby, salah satu penulis studi dan ilmuwan planet di Universitas Bristol, dalam pernyataan tersebut.

Titan adalah satu-satunya Bulan di tata surya yang diketahui memiliki atmosfer yang cukup tebal. Atmosfer sebagian besar terdiri dari nitrogen dan mengandung molekul organik yang kompleks, sehingga menjadikannya objek yang penting secara ilmiah untuk mempelajari berbagai hal seperti proses atmosfer dan kimia prebiotik.

Dari 2004 hingga 2017, pesawat ruang angkasa Cassini milik NASA mengamati Titan secara dekat, mengungkap perubahan penting dalam atmosfernya, seperti kemiringan yang stabil di lapisan tengah dan munculnya serta hilangnya pusaran kutub musim dingin yang berputar-putar.

Pemahaman baru tentang goyangan atmosfer Titan ini penting bagi misi Dragonfly NASA yang akan datang, yang akan tiba pada 2030. Karena angin Titan jauh lebih cepat daripada rotasi permukaannya, mengetahui bagaimana atmosfer bergeser seiring musim akan membantu para insinyur merencanakan pendaratan dan pendaratan Dragonfly dengan lebih akurat.

"Pekerjaan kami menunjukkan bahwa masih ada penemuan luar biasa yang dapat dilakukan dalam arsip Cassini," kata salah satu penulis studi Conor Nixon, seorang ilmuwan planet di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA, dalam pernyataan tersebut. "Instrumen ini, yang sebagian dibuat di Inggris, telah menjelajahi Tata Surya dan terus memberi kita hasil ilmiah yang berharga.

"Fakta bahwa atmosfer Titan berperilaku seperti gasing yang berputar dan terpisah dari permukaannya menimbulkan pertanyaan yang menarik — tidak hanya untuk Titan, tetapi juga untuk memahami fisika atmosfer secara lebih luas, termasuk di Bumi," tutur Nixon.

Halaman Selanjutnya

Sebaliknya, kemiringan tersebut tampaknya terkunci pada tempatnya, yang menunjukkan bahwa beberapa proses lain yang masih belum diketahui sedang berlangsung, demikian laporan para peneliti dalam sebuah studi yang diterbitkan pada 20 Mei 2025 di The Planetary Science Journal.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |