Benarkah Selingkuh Bisa Diturunkan dari Orang Tua ke Anak?

7 hours ago 1

Selasa, 4 November 2025 - 09:00 WIB

Jakarta, VIVA – Belakangan ini, perselingkuhan menjadi topik hangat di masyarakat tanah air, terutama menyusul sejumlah perceraian selebritis. Banyak orang pun berspekulasi bahwa perselingkuhan bisa bersifat turun-temurun.

Banyak klaim menyebut jika seorang ayah berselingkuh maka anaknya juga akan berselingkuh di kemudian hari. Namun apakah benar demikian? Psikoterapis klinis berlisensi Dr. LeslieBeth (LB) Wish menyebut bahwa jawabannya terlalu kompleks.

Dia menjelaskan bahwa berselingkuh bisa menjadi perilaku maladaptive, sesuatu yang muncul sebagai respons negatif saat merasa tidak bahagia dalam hubungan. Tapi perilaku ini juga bisa ‘tertular’ dari orang tua, kakak, atau anggota keluarga lain yang menjadi pengasuh.

“Sebagai anak, kita melihat bagaimana orang yang mengasuh kita menghadapi kecemasan, depresi, dan ketidakbahagiaan mereka. Jika ibu Anda makan berlebihan, atau ayah Anda berselingkuh dari ibu, dan Anda melihat perilaku itu, melihat suasana hati orang tua Anda, dan tanpa sadar Anda akann belajar cara mengelola perasaan dari mereka,” kata dia dikutip dari laman Business Insider, Selasa 4 November 2025.

Ada kemungkinan hubungan antara gen tertentu dan kecenderungan untuk berselingkuh

Para ilmuwan mencurigai bahwa dorongan untuk berselingkuh mungkin terkait dengan sesuatu yang disebut polimorfisme reseptor dopamin (DRD4) yang juga dikenal sebagai gen pencari sensasi. Dalam sebuah penelitian pada 2010 yang dilakukan di Binghamton University, New York, ditemukan bahwa peserta yang memiliki jenis gen DRD4 tertentu lebih cenderung berselingkuh.

Dalam penelitian ini, SUNY Doctoral Diversity Fellow sekaligus peneliti utama, Justin Garcia, merekrut 181 orang dewasa muda. Para peserta diminta mengisi kuesioner tentang perilaku seksual mereka dan memberikan sampel DNA untuk mengetahui variasi DRD4 dalam DNA mereka.

Berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal PLOS One, setiap orang memiliki DRD4, tapi semakin banyak jumlahnya, semakin tinggi kecenderungan untuk mencari sensasi. Dengan kata lain, seseorang mungkin lebih tertarik pada godaan hal-hal yang seharusnya dihindari, termasuk berselingkuh, karena semata-mata  ingin merasakan sensasi kesenangannya.

Garcia mengatakan kepada ABC News bahwa ini semua terkait dengan pelepasan dopamin, atau hormon kebahagiaan. Manusia secara alami tertarik pada aktivitas yang memberi kesenangan, tapi menurut Garcia, orang yang memiliki gen DRD4 tertentu membutuhkan rangsangan lebih dibanding orang biasa.

Halaman Selanjutnya

“Orang dengan gen DRD4 membutuhkan lebih banyak stimulasi agar merasa puas. Beberapa orang merasa ‘wow, itu menyenangkan’ setelah terjun payung. Yang lain malah bertanya, ‘Kapan pesawatnya naik lagi?’,” kata dia.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |