BPS Ungkap Penyebab Sektor Pertambangan Jadi Satu-satunya yang Anjlok di Kuartal III-2025

4 hours ago 1

Rabu, 5 November 2025 - 21:00 WIB

Jakarta, VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik, Moh. Edy Mahmud melaporkan, sektor pertambangan menjadi satu-satunya yang mengalami kontraksi di kuartal III-2025 dengan pertumbuhan minus 1,98 persen secara year-on-year (yoy).

"Lapangan usaha kategori pertambangan dan penggalian (pertumbuhannya) negatif," kata Edi dalam telekonferensi, Rabu, 5 November 2025.

Dia mengungkapkan, kontraksi pada sektor ini terutama disebabkan oleh penurunan kinerja subsektor pertambangan minyak dan gas bumi (migas), batu bara, serta bijih logam.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud

Photo :

  • [tangkapan layar]

“Pertambangan batu bara pada triwulan III terkontraksi sebesar 7,29 persen karena penurunan permintaan di pasar global. Batu bara, kalau kita lihat di data ekspornya juga kontraksi,” ujarnya.

Selain batu bara, pertambangan bijih logam turut mengalami kontraksi sebesar 3,19 persen. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh turunnya produksi bijih tembaga dan emas, terutama di wilayah Papua.

“Utamanya bijih tembaga dan emas, terutama di Papua. Sepertinya ini (terkait) Freeport, kemarin ada beberapa kondisi kahar yang kemudian menyebabkan penurunan produksi dari tembaga dan emas,” kata Edy.

Terlepas dari sektor pertambangan, BPS mencatat bahwa sebagian besar lapangan usaha tumbuh positif pada triwulan III 2025. Lapangan usaha utama yang memberikan kontribusi besar terhadap total produk domestik bruto (PDB) yaitu industri pengolahan mencapai 19,15 persen. Industri pengolahan juga tetap menjadi sumber pertumbuhan terbesar, yaitu sebesar 1,13 persen.

Adapun lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi yakni jasa pendidikan yang tumbuh 10,59 persen yoy, didorong oleh dimulainya tahun ajaran baru dan peningkatan belanja fungsi pendidikan. Sementara dari sisi pengeluaran, BPS mencatat bahwa seluruh komponen juga mengalami pertumbuhan positif pada periode yang sama.

Komponen pengeluaran yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB adalah konsumsi rumah tangga dengan kontribusi sebesar 53,14 persen. Pada kuartal III-2025, komponen ini tumbuh sebesar 4,89 persen, yang menunjukkan masih terjaganya tingkat konsumsi masyarakat.

Adapun pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen ekspor yang tumbuh 9,91 persen yoy, terutama didorong oleh kenaikan nilai dan volume ekspor barang nonmigas serta ekspor jasa.

Secara nasional, perekonomian Indonesia tumbuh 5,04 persen (yoy) pada triwulan III 2025, dengan PDB atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp3.444,8 triliun atau meningkat dari Rp3.279,5 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Halaman Selanjutnya

Pertumbuhan ekonomi secara kuartalan (quarter to quarter/qtq) mencapai 1,43 persen, sementara pertumbuhan secara kumulatif atau sepanjang Januari-September 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (ctc) tercatat 5,01 persen.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |