VIVA – Dalam beberapa dekade terakhir, rokok konvensional telah menjadi sumber utama permasalahan kesehatan global. Namun, perkembangan teknologi telah menghadirkan alternatif yang lebih inovatif: produk bebas asap seperti vape, tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin. Peralihan dari asap ke uap kini menjadi perbincangan serius di ranah kesehatan masyarakat, terutama dalam konteks strategi Pengurangan Risiko Tembakau atau Tobacco Harm Reduction.
1. Rokok Konvensional
Rokok konvensional bekerja melalui proses pembakaran tembakau yang menghasilkan asap penuh senyawa kimia berbahaya. Zat-zat seperti tar, karbon monoksida, dan ribuan bahan kimia lainnya—banyak di antaranya bersifat karsinogenik—dihasilkan dalam jumlah besar saat rokok dibakar.
Satu-satunya cara yang sebelumnya diandalkan untuk mengurangi dampak kesehatan dari kebiasaan merokok adalah dengan memperkuat kebijakan pengendalian tembakau agar rokok menjadi semakin tidak menarik. Namun, pendekatan ini sering menemui hambatan dalam efektivitas, terutama bagi perokok dewasa yang kesulitan untuk berhenti.
2. Vape dan Produk Bebas Asap
Seiring waktu, teknologi menghadirkan solusi berupa produk tembakau bebas asap. Bentoel Group dalam peringatan Hari Vape Sedunia menyerukan kolaborasi lintas sektor untuk mempercepat transisi menuju dunia bebas asap.
Hingga beberapa tahun lalu, satu-satunya cara untuk mengurangi dampak kesehatan dari kebiasaan merokok hanyalah melalui kebijakan pengendalian tembakau yang bertujuan membuat rokok semakin tidak menarik. Namun kini, perokok dewasa yang sebelumnya kesulitan berhenti merokok, memiliki pilihan untuk beralih sepenuhnya ke produk alternatif dengan profil risiko yang lebih rendah.
Berbagai produk tersebut tidak melalui proses pembakaran. Sebagai gantinya, mereka menghasilkan aerosol (uap) yang mengandung nikotin tetapi jauh lebih sedikit zat berbahaya dibandingkan asap rokok biasa. Produk bebas asap yang tersedia di pasaran meliputi:
- Vape atau rokok elektrik, yang menggunakan cairan nikotin (e-liquid)
- Produk tembakau yang dipanaskan (heated tobacco), yang memanaskan tembakau tanpa membakarnya
- Kantong nikotin (nicotine pouches), yang dikonsumsi secara oral tanpa melibatkan asap atau uap
3. Studi Global
Negara-negara seperti Swedia, Inggris, Jepang, Amerika Serikat, dan Selandia Baru telah menerapkan pendekatan Tobacco Harm Reduction. Hasilnya, prevalensi merokok di negara-negara ini menurun secara signifikan, bahkan lebih cepat dibanding negara yang hanya mengandalkan larangan dan kampanye berhenti merokok.
Swedia menjadi contoh nyata efektivitas pendekatan Pengurangan Risiko Tembakau atau Tobacco Harm Reduction. Selama 30 tahun terakhir, banyak orang di Swedia yang beralih dari merokok ke penggunaan snus — produk tembakau oral tradisional. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai produk bebas asap lainnya juga diperkenalkan dan dijual dengan harga yang lebih terjangkau karena dikenakan pajak berdasarkan tingkat profil risiko yang lebih rendah.
Meski konsumsi tembakau di Swedia setara dengan rata-rata Uni Eropa, negara ini mencatat prevalensi merokok terendah di Eropa (hanya 5,4%) serta tingkat kematian akibat kanker paru-paru dan rongga mulut yang paling rendah di kawasan tersebut.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa sebanyak 3,5 juta nyawa dapat diselamatkan dalam satu dekade ke depan apabila Uni Eropa berhasil mencapai hasil yang sama seperti Swedia.
4. Peluang dan Tantangan untuk Indonesia
Dengan lebih dari 60 juta perokok, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mengurangi prevalensi merokok. Namun, para ilmuwan meyakini bahwa jika pendekatan berbasis pengurangan risiko diterapkan secara efektif, hasilnya bisa sangat signifikan.
Sementara itu, di Indonesia sendiri, para ilmuwan juga memperkirakan bahwa sebanyak 4,6 juta nyawa dapat diselamatkan pada tahun 2060 apabila pendekatan Pengurangan Risiko Tembakau diimplementasikan dan dikombinasikan dengan perawatan kanker paru yang maksimal.
Pendekatan ini juga diyakini sebagai peluang besar untuk perbaikan kesehatan publik secara keseluruhan.
BAT meyakini bahwa pendekatan Pengurangan Risiko Tembakau merupakan salah satu peluang terbesar untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Jika diimplementasikan dengan regulasi yang matang, kebijakan pengendalian tembakau dan pendekatan pengurangan risiko dapat berjalan beriringan untuk menurunkan prevalensi merokok.
Kingsley Wheaton, Chief Corporate Officer BAT Group, menekankan pentingnya regulasi yang seimbang dan perlindungan konsumen.
“Regulasi progresif yang memungkinkan perokok dewasa, yang kemungkinan akan terus merokok, untuk mengakses produk tembakau bebas asap dan beralih sepenuhnya, dapat membantu menurunkan tingkat merokok dan dampak kesehatan yang menyertainya. Hal ini perlu disertai dengan langkah-langkah perlindungan konsumen melalui standar produk yang tinggi dan pencegahan akses oleh anak di bawah umur, serta penegakan hukum yang kuat dan sanksi tegas bagi pelanggar aturan," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
- Produk tembakau yang dipanaskan (heated tobacco), yang memanaskan tembakau tanpa membakarnya