Fitra Eri Ungkap Dampak BBM Beretanol: Tenaga Mesin Turun dan Lebih Boros

5 hours ago 1

Kamis, 9 Oktober 2025 - 19:50 WIB

Jakarta, VIVA – Influencer otomotif ternama, Fitra Eri, angkat bicara soal rencana penggunaan bahan bakar beretanol di Indonesia yang belakangan ramai dibicarakan.

Menurutnya, meski penggunaan etanol bisa membawa manfaat bagi lingkungan dan efisiensi energi, penerapannya tidak boleh dilakukan secara tergesa-gesa tanpa kesiapan industri otomotif dan bahan bakar itu sendiri.

“Kita lihat dulu apa itu etanol. Etanol itu campuran biofuel yang dicampurkan ke bahan bakar fosil untuk mengurangi pemakaian bahan bakar fosil. Karena kalau misalnya etanol 10%, artinya 90% saja yang bahan bakar fosil, 10%-nya adalah energi baru terbarukan,” jelas Fitra Eri dalam unggahan videonya.

Ia menjelaskan bahwa selain ramah lingkungan, etanol juga memiliki fungsi lain yaitu membantu meningkatkan angka oktan pada bahan bakar. Namun, menurutnya, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan karena etanol juga memiliki kelemahan.

“Nilai energinya tidak sebesar bahan bakar fosil. Jadi, tenaga mesin akan sedikit menurun. Kemudian konsumsi bahan bakar akan sedikit lebih boros,” tutur Fitra.

Selain itu, Fitra menyoroti sifat etanol yang mudah menyerap air dari udara. Di negara beriklim lembab seperti Indonesia, hal ini bisa menjadi masalah serius.

“Etanol akan menarik banyak air. Dan kita tahu, air itu sifatnya korosif, sehingga bahan bakar beretanol itu lebih korosif ke mesin,” ujarnya.

Namun demikian, Fitra menegaskan bahwa BBM beretanol bisa aman digunakan, asalkan sejak awal sudah dirancang dengan formula yang tepat.

“Aman, asalkan satu, base fuel yang menggunakan etanol ini dicampur dengan aditif yang dari awal dirancang untuk bekerja dengan maksimal di base fuel yang menggunakan etanol,” katanya.

Fitra juga menyinggung kasus penolakan sejumlah SPBU swasta terhadap base fuel beretanol. Ia menilai hal itu kemungkinan karena perbedaan karakter aditif yang digunakan di Indonesia.

“Kemungkinan besar mereka memiliki aditif di Indonesia yang dari awal dirancang untuk bekerja bersama base fuel yang tidak mengandung etanol. Artinya, mereka membutuhkan waktu riset lagi untuk membuat aditif yang bisa bekerja maksimal dengan base fuel yang beretanol,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya

Selain pihak SPBU, Fitra Eri menilai industri otomotif juga perlu waktu untuk beradaptasi. Ia menjelaskan bahwa tidak semua mesin kendaraan dirancang untuk menoleransi bahan bakar beretanol, terutama mobil-mobil keluaran lama yang dibuat sebelum tahun 2000.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |