Jakarta, VIVA – Perayaan Cinta adalah sebuah perjalanan mencari makna cinta yang ternyata ada di sepanjang perjalanan, bukan sekedar penemuan di akhir kisah. Karena cinta bukan sekedar tujuan, tapi juga perjalanan. Dan karenanya, ia harus dirayakan.
Inilah tema yang ingin diangkat dalam Musikal Sinematik “CITY OF LOVE” dan digelar bertepatan di bulan kasih sayang tanggal 14, 15 dan 16 Februari 2025 di Plenarry Hall, Jakarta International Convention Center, Jakarta.
Berkisah tentang lika liku jalinan cinta sepasang muda mudi, Sandya dan Kala. Yang hubungannya tak direstui karena kisah masa lalu kedua orang tua mereka, Badai dan Kasih. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Musikal sinematik “CITY OF LOVE” disutradarai oleh sutradara piawai Hanung Bramantyo berkolaborasi dengan Agus Noor. Didukung penata musik Tohpati, penulis naskah Titin Watimena, pengarah artistik panggung Taba Sanchabakhtiar dan masih
banyak lagi.
Melibatkan sejumlah pemain muda berbakat seperti Devano, Maesha Kanna dan Agatha Priscila. Dan artis-artis multi talenta seperti Marcel, Lukman Sardi, Andien dan Aming.
City of Love juga menampilkan artis-artis senior, di antaranya Widyawati, Niniek L Karim, Marini dan Yanti Airlangga. Dan di tengah-tengah cerita pertunjukan hadir Reza Rahadian, sebagai kejutan istimewa untuk penonton.
Bagi Hanung Bramantyo sendiri proyek ini adalah momen spesial yang menandai kembalinya dirinya ke dunia teater. Dunia yang pernah ditekuninya semasa Hanung masih tinggal Yogyakarta dan dekat dengan seniman-seniman teater Yogyakarta.
Menurutnya “City of Love” mengintegrasikan unsur teater dengan sinema, menciptakan pengalaman baru yang memikat. Meskipun memiliki dua medium yang berbeda yaitu layar lebar dan panggung, ada interaksi yang tercipta di dalamnya.
Sebuah eksperimen perdana yang dijajaki oleh Hanung Bramantyo dengan melibatkan Agus Noor, tak heran Hanung mengakui sangat “excited” mengerjakannya.
"Ini drama musikal yang dekat dengan dunia saya, yaitu sinema. Jadi lahirlah musikal sinematik,”.
Kehadiran film layar lebar yang digarap total oleh Hanung Bramantyo inilah yang memberi warna lain dari musikal sinematik berdurasi 120 menit ini.
Dikemas dengan latar belakang era tahun 1930 hingga 1950, musikal sinematik ini sarat dengan detail busana dan dandanan di era tersebut, serta setting panggung yang menawan.
Selama pertunjukan penonton juga bisa menikmati alunan orkestra Tohpati yang baru pertama kali berkolaborasi dengan Hanung Bramantyo.
Tohpati menuturkan, “Karena ini adalah kisah perjalanan cinta lagu-lagu yang dipilih, judul dan liriknya sesuai dengan cerita yang diangkat. Nuansanya dibuat lebih pop dan ringan, yang easy listening,”.
Tak kurang dari 16 lagu diolah untuk musikal sinematik ini, seperti Cinta, Anak Jalanan, Bagaikan Langit , Lagu Cinta dan masih banyak lagi.
Tak hanya itu, suasana romantis juga diciptakan melalui instalasi-instalasi memukau yang “instagramable”, mulai dari area ruang tunggu di pintu masuk panggung, pernak-pernik busana yang dikenakan para pemainnya sampai kursi khusus “Couple Seat–Romeo Juliet” yang disediakan bagi mereka yang ingin merayakan Hari Kasih Sayang sambil menyaksikan musikal sinematik ini.
Tak heran, seluruh kursi penonton hampir terisi penuh di hari penayangan perdananya. Penonton “City of Love” juga dimanjakan dengan pengalaman imersif dan spektakular.
Karena panggungnya didisain menggunakan rotater berdiameter 18m, enam sisi LED berbeda yang membawa penonton dalam suasana cerita yang menghanyutkan, serta layar terbesar di atas panggung.
Musikal sinematik “City of Love” diproduksi oleh Warisan Budaya Indonesia Foundation, yang diketuai Yanti Airlangga.
Sebuah yayasan yang selama ini dikenal memiliki kepedulian terhadap pelestarian dan pengembangan kebudayaan Indonesia.
Musikal sinematik “City of Love” diharapkan bisa menjadi terobosan baru dalam kreasi drama musikal. Yang tidak hanya menyajikan musik dan drama yang dikemas indah, tetapi juga didukung dengan sentuhan artistik dalam setiap instalasinya.
Warisan Budaya Indonesia juga berharap, panggung sebagai tempat berkesenian akan semakin hidup dan berkembang dan semakin diminati oleh generasi muda di masa yang akan datang.
Halaman Selanjutnya
Bagi Hanung Bramantyo sendiri proyek ini adalah momen spesial yang menandai kembalinya dirinya ke dunia teater. Dunia yang pernah ditekuninya semasa Hanung masih tinggal Yogyakarta dan dekat dengan seniman-seniman teater Yogyakarta.