Arafah, VIVA – Jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul di Padang Arafah setiap musim haji. Di antara padang tandus yang suci itu, berdiri sebuah bukit kecil yang dikenal dengan Jabal Rahmah, atau Bukit Kasih Sayang. Tempat ini bukan sekadar lokasi geografis; ia menyimpan makna historis, spiritual, dan emosional yang mendalam. Jabal Rahmah dan Arafah menjadi simbol cinta, pengampunan, dan titik balik kesadaran manusia akan hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta.
Makna Jabal Rahmah: Tempat Pertemuan Dua Kekasih
Jabal Rahmah terletak di tengah Padang Arafah, sekitar 20 kilometer dari Masjidil Haram, Makkah. Menurut tradisi Islam, di sinilah Nabi Adam dan Siti Hawa bertemu kembali setelah berabad-abad terpisah akibat diturunkan ke bumi dari surga. Pertemuan itu menjadi lambang kasih sayang ilahi dan pengampunan atas kesalahan manusia pertama.
Karena kisah tersebut, Jabal Rahmah dikenal pula sebagai "Gunung Cinta". Banyak jamaah haji dan umrah yang datang ke sana untuk berdoa agar dikaruniai pasangan hidup yang baik atau agar rumah tangganya dipenuhi cinta dan keberkahan. Meskipun tidak ada dalil syar’i yang mewajibkan berdoa di Jabal Rahmah, tempat ini tetap menjadi magnet spiritual yang kuat.
Arafah: Jantung Ibadah Haji yang Penuh Hikmah
Puncak ibadah haji tahun 2025, Wukuf di Arafah 9 Zulhijah 1446 H
Photo :
- (AP Photo/Amr Nabil)
Arafah sendiri memiliki arti "pengetahuan" atau "kesadaran". Hari wukuf di Arafah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah, menjadi puncak dari rangkaian ibadah haji. Rasulullah SAW bersabda: "Al-Hajju Arafah" – “Haji adalah (wukuf di) Arafah.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Tanpa wukuf di Arafah, ibadah haji dianggap tidak sah. Di sinilah para jamaah berkumpul, berdoa, bertafakur, dan memohon ampunan. Arafah menjadi simbol kerendahan hati manusia di hadapan Sang Pencipta. Di tempat ini, manusia melepas status sosial, jabatan, harta, dan segala bentuk kemewahan dunia. Yang tersisa hanyalah kesadaran bahwa kita semua hamba yang lemah dan memerlukan ampunan Allah.
Seruan Persaudaraan Universal di Arafah
Lebih dari 1.400 tahun yang lalu, di Arafah pula Nabi Muhammad SAW menyampaikan khutbah Haji Wada'—khutbah perpisahan yang sarat dengan nilai kemanusiaan, persatuan, dan persaudaraan. Dalam khutbah tersebut, beliau menegaskan:
“Wahai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian satu, dan bapak kalian (Adam) juga satu. Tidak ada kelebihan orang Arab atas non-Arab, dan tidak ada kelebihan non-Arab atas orang Arab, tidak pula yang berkulit putih atas yang berkulit hitam, atau sebaliknya, kecuali karena takwa.” (HR. Ahmad)
Arafah bukan hanya tempat untuk memperbaiki hubungan manusia dengan Allah, tapi juga menghidupkan semangat ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah insaniyah—persaudaraan seiman, sebangsa, dan sesama manusia.
Jabal Rahmah dan Arafah dalam Refleksi Zaman Modern
Peziarah mengunjungi bukit Jabal Rahmah di kawasan Padang Arafah.
Photo :
- ANTARA FOTO/Aji Styawan
Di era global yang penuh konflik, disinformasi, dan perpecahan, pesan damai dan kasih sayang dari Jabal Rahmah dan Arafah menjadi sangat relevan. Tempat ini mengajarkan bahwa kemanusiaan, cinta, dan persaudaraan harus menjadi fondasi dalam membangun peradaban. Dalam khutbah wukuf tahun ini, KH. Ahmad Said Asori, Katib Aam PBNU sekaligus anggota Amirul Hajj menyampaikan:
"Wukuf di Arafah mengajarkan kita tentang pentingnya persaudaraan; seiman, sebangsa, dan sekemanusiaan. Di tempat ini, 1400-an tahun yang lalu, Nabi Muhammad mendeklarasikan persaudaraan kemanusiaan."
Dengan semangat tersebut, wukuf di Arafah bukan hanya momentum sakral bagi jamaah haji, tetapi juga menjadi pesan moral untuk seluruh umat Islam agar terus menumbuhkan cinta kasih, saling menghormati, dan menjaga persatuan di tengah perbedaan.
Doa dan Kesadaran di Puncak Arafah
Hari Arafah adalah hari yang paling utama untuk memanjatkan doa. Nabi SAW bersabda: "Sebaik-baik doa adalah doa yang dipanjatkan pada hari Arafah." (HR. At-Tirmidzi)
Di antara jutaan jamaah yang berdiam di Padang Arafah, masing-masing dengan tangisan, harapan, dan permohonan. Ada yang memohon ampunan dosa, ada yang meminta kesembuhan, rezeki, jodoh, hingga keteguhan iman. Semua suara menyatu dalam lantunan kalimat tauhid: “Labbaik Allahumma Labbaik, Labbaika la syarika laka labbaik, innal hamda wan-ni’mata laka wal-mulk, la syarika lak.”
Puncak ibadah haji tahun 2025, Wukuf di Arafah 9 Zulhijah 1446 H
Photo :
- (AP Photo/Amr Nabil)
Arafah: Cermin Kemanusiaan dan Kelemahan Diri
Selain sebagai tempat untuk memohon pengampunan, Arafah adalah tempat untuk mengakui kelemahan diri. Dosa kepada sesama, dosa kepada keluarga, masyarakat, hingga alam semesta menjadi refleksi penting di padang ini. KH. Ahmad Said Asori mengingatkan: "Sekian banyak dosa yang kita lakukan. Dosa kepada sesama, dosa kepada suami, istri, anak, orang tua, saudara, tetangga, teman, termasuk dosa pemimpin kepada rakyatnya. Dan dosa yang sering tidak kita sadari yaitu dosa kepada alam semesta."
Dengan penuh keinsafan, Arafah membimbing manusia menuju perubahan dan perbaikan hidup yang lebih baik.
Jabal Rahmah dan Arafah, Warisan Abadi untuk Dunia
Jabal Rahmah dan Arafah bukan hanya tempat ziarah fisik, tetapi juga ziarah hati. Ia mengajarkan cinta dalam kesendirian, ampunan dalam kesalahan, dan persaudaraan dalam keberagaman. Di tengah dunia yang makin kompleks, warisan spiritual dari dua tempat ini menjadi cahaya penuntun bagi umat manusia.
Semoga semangat yang terpancar dari Jabal Rahmah dan Arafah mampu menjadikan kita pribadi yang lebih lembut hatinya, lebih dalam imannya, dan lebih kuat dalam menjaga tali persaudaraan. Dan semoga setiap langkah kita menuju Arafah menjadi jalan menuju hajjan mabrura, wa sa’yan masykura, wa dzanban maghfura, wa tijaratan lan tabur.
Halaman Selanjutnya
Tanpa wukuf di Arafah, ibadah haji dianggap tidak sah. Di sinilah para jamaah berkumpul, berdoa, bertafakur, dan memohon ampunan. Arafah menjadi simbol kerendahan hati manusia di hadapan Sang Pencipta. Di tempat ini, manusia melepas status sosial, jabatan, harta, dan segala bentuk kemewahan dunia. Yang tersisa hanyalah kesadaran bahwa kita semua hamba yang lemah dan memerlukan ampunan Allah.