Jakarta, VIVA – Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri melaporkan bahwa jumlah penduduk Indonesia per akhir Juni 2025 atau per semester 1-2025, mencapai 286.693.693 jiwa.
Angka ini menunjukkan peningkatan sekitar 1,7 juta jiwa dibandingkan data semester II tahun 2024.
"Data terkini yang sebentar lagi akan kita rilis, jumlah penduduk Indonesia per semester I-2025 atau akhir Juni 2025 adalah 286.693.693 jiwa," kata Dirjen Dukcapil, Teguh Setyabudi, dalam Peluncuran DBPK 2025-2045, Jumat, 11 Juni 2025.
Dari total tersebut, jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak 144.622.352 jiwa, sedangkan penduduk perempuan berjumlah 142.071.341 jiwa, atau selisih sekitar 2,6 juta jiwa.
Peluncuran Desain Besar Pembangunan Kependudukan (DBPK) 2025-2045
Photo :
- ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Menurut Teguh, kesenjangan jumlah berdasarkan jenis kelamin ini disebut masih dalam kisaran normal dan tidak mengindikasikan ketimpangan struktural.
Dalam kesempatan itu, Teguh juga menyebut lonjakan penduduk ini bukan cuma catatan statistik biasa. Bahkan, fenomena ini menjadi perhatian para ahli, bahwa distribusi populasi bakal mempengaruhi aspek pembangunan nasional.
"Kita tak bisa lagi anggap enteng soal jumlah penduduk. DBPK ini akan jadi kompas dalam membangun manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi," ujar Teguh
Basis Perencanaan Nasional
Sementara itu, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy menekankan bahwa data kependudukan menjadi basis dalam perencanaan nasional.
Menurut Rachmat, mengacu sejarah, pembangunan nasional Indonesia disebut berawal dari basis data kependudukan. Pada waktu Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dibuat pada 1 April 1969, dasar pertama untuk membangun adalah basis kependudukan
"Maka, data kependudukan yang tepat menjadi dasar bagi perencanaan yang tepat pula," ujar Rachmat Pambudy.
Dengan dasar data kependudukan, Indonesia mulai membangun dan merencanakan berapa kebutuhan pangan, sekolah yang harus dibangun, puskesmas yang perlu juga dikembangkan, lalu layanan-layanan lain guna memenuhi kebutuhan dasar penduduk.
Data kependudukan juga berguna untuk mengetahui berapa banyak buku yang harus dicetak, dokter yang wajib disiapkan, hingga guru yang harus dikembangkan
"Sekolah-sekolah yang dibangun, pasar yang disiapkan, layanan angkutan kota, layanan-layanan lain itu adalah hanya bisa terjadi kalau basisnya adalah data kependudukan yang tepat, termasuk juga kalau kita mulai merencanakan bagaimana kita memeratakan pembangunan kita," kata Rachmat
Rachmat Pambudy menegaskan bahwa data kependudukan tak cukup hanya berupa kuantitas maupun kualitas, tetapi juga terkait persebaran. Mengacu tiga dasar itu, maka Indonesia dinilai bisa dengan tepat membangun penduduk dan negara sebaik-baiknya.
Menurutnya, keberhasilan pembangunan Indonesia sebenarnya sudah pernah terbukti, ketika United Nations (Perserikaan Bangsa Bangsa) memberikan penghargaan kepada salah satu pemenang Nobel ekonomi tahun 2019, yakni Abhijit Banerjee dan Esther Duflo, mereka menggunakan data keberhasilan pembangunan Indonesia.
Berkat data itulah kedua pasangan suami-istri tersebut memenangkan hadiah Nobel. "Karena itu, tepat sekali kalau hari ini kita meluncurkan desain besar pembangunan kependudukan," ujar Menteri PPN.
Halaman Selanjutnya
"Kita tak bisa lagi anggap enteng soal jumlah penduduk. DBPK ini akan jadi kompas dalam membangun manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi," ujar Teguh