VIVA – Kisah di balik kemenangan legendaris Muhammad Ali atas Joe Frazier di duel ikonik “Thrilla in Manila” pada 1975 akhirnya terungkap.
Ternyata, kemenangan itu bukan hanya soal kekuatan dan teknik, tapi juga hasil dari ide brilian senilai 200 dolar AS atau sekitar Rp3 juta!
Pertarungan yang digelar di Manila, Filipina, itu berlangsung dalam kondisi ekstrem. Suhu di dalam arena mencapai 49 derajat Celsius, tanpa pendingin udara ataupun sirkulasi angin. Situasi itu membuat para petinju nyaris kehabisan tenaga di tengah panas menyengat.
Melihat kondisi tersebut, manajer Ali, Gene Kilroy, segera mengambil langkah cepat. Ia menyadari bahwa suhu panas bisa menjadi masalah besar bagi sang juara dunia.
“Angelo Dundee lupa membawa es. Jadi saya kasih uang 200 dolar ke salah satu staf arena untuk mencari dua ember es. Orang itu akhirnya kembali dan saya bilang, ‘Terima kasih Tuhan, hari ini kami diselamatkan,’” kenang Kilroy saat berbicara kepada The SunSport di Manila.
“Kami terus menaruh es di tubuh Ali di setiap ronde. Sementara Frazier tak punya itu. Bisa dibilang, es itulah yang membantu Ali tetap kuat hingga akhir,” ujarnya.
Ali akhirnya menang TKO di ronde ke-14, dalam pertarungan brutal yang kemudian dikenal sebagai salah satu laga paling keras dalam sejarah tinju dunia.
Namun, Kilroy mengungkap sisi lain yang tak banyak diketahui publik. “Ali hampir kedinginan! Setelah disiram es, dia minta selimut tebal di sela ronde karena tubuhnya terlalu dingin,” ujarnya sambil tertawa.
Pertarungan ini menutup rivalitas panas antara dua legenda tinju dunia itu. Dari tiga pertemuan mereka, Ali menang dua kali dan Frazier sekali. Meski sempat berseteru sengit, keduanya akhirnya berdamai di masa pensiun.
“Saya bahkan menemani Ali ke pemakaman Joe Frazier. Mereka akhirnya bersahabat,” kata Kilroy penuh haru.
Joe Frazier meninggal dunia pada 2011 di usia 67 tahun, sedangkan Muhammad Ali berpulang pada 2016 di usia 74 tahun.
Kini, 50 tahun setelah pertarungan legendaris itu, semangat Ali kembali hidup lewat cucunya, Nico Ali Walsh. Petinju berusia 25 tahun itu turun bertanding dalam ajang “Thrilla in Manila 2” untuk menghormati sang kakek.
Halaman Selanjutnya
“Ini pengalaman luar biasa. Sudah setengah abad berlalu, tapi orang masih berteriak dan mengambil foto patung kakek saya dan Frazier. Saya merasa sangat terhormat bisa menjadi bagian dari sejarah ini,” ujar Nico.

3 hours ago
1









