Jakarta, VIVA – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) memang membawa banyak kemudahan. Namun di balik semua itu, muncul fenomena baru yang disebut AIxiety. Istilah ini berasal dari gabungan kata AI dan anxiety, yang menggambarkan perasaan cemas atau takut terhadap dampak AI, terutama dalam sektor pekerjaan.
Bukan hanya kekhawatiran soal kehilangan pekerjaan, AIxiety juga mencakup ketidakpastian masa depan, rasa tidak aman secara profesional, hingga kekhawatiran akan digantikannya nilai-nilai kemanusiaan oleh mesin.
Di era otomatisasi yang makin agresif, penting bagi Anda untuk mengenali gejala ini agar bisa menghadapinya secara bijak. Berikut informasi lengkapnya seperti dirangkum dari berbagai sumber, Sabtu, 2 Agustus 2025.
Apa Itu AIxiety?
AIxiety sendiri merujuk pada rasa cemas, tidak pasti, dan khawatir terhadap dampak AI dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam dunia kerja. Istilah ini sudah mulai dikenal luas di luar negeri, termasuk dalam laporan dari SAS, Scientific American, hingga forum-forum seperti Reddit.
Sebuah studi di Frontiers in Psychiatry (2024) mengungkap bahwa lebih dari 70% responden mengalami kecemasan eksistensial akibat AI. Mulai dari kekhawatiran akan kehilangan pekerjaan, hilangnya makna dalam bekerja, hingga munculnya potensi dominasi AI terhadap manusia.
Faktor Penyebab AIxiety
Berikut beberapa penyebab utama munculnya AIxiety yang banyak dilaporkan di berbagai survei internasional:
1. Ketakutan Kehilangan Pekerjaan
Otomatisasi membuat banyak pekerjaan menjadi usang. AI dapat menggantikan peran manusia dalam bidang administrasi, media, bahkan hukum dan kesehatan. Hal ini memicu kekhawatiran besar akan kehilangan mata pencaharian.
2. Ketidakpastian Masa Depan
Perubahan teknologi yang sangat cepat membuat sebagian orang merasa sulit beradaptasi. Dunia kerja berubah drastis, sementara keterampilan yang dimiliki bisa jadi tak lagi relevan.
3. Kurangnya Literasi Teknologi
Kecemasan meningkat seiring kurangnya pemahaman tentang bagaimana AI bekerja. Ketidaktahuan ini bisa membuat AI tampak seperti ancaman besar, meski tidak semua AI berpotensi negatif.
4. Persaingan Global yang Meningkat
Dengan hadirnya AI, batas geografis dalam dunia kerja nyaris hilang. Anda kini harus bersaing dengan talenta global, bukan hanya dari lingkungan sekitar. Hal ini memperkuat rasa tidak aman terhadap posisi kerja yang dimiliki.
5. Risiko Etis dan Sosial
AI masih kerap menimbulkan masalah etika, seperti diskriminasi data atau pelanggaran privasi. Kekhawatiran ini turut menambah beban psikologis di tengah perubahan ekosistem kerja.
Siapa yang Paling Rentan Mengalami AIxiety?
AIxiety bisa dirasakan siapa saja, namun ada beberapa kelompok yang tergolong lebih rentan, antara lain:
- Pekerja usia menengah ke atas yang belum terbiasa dengan teknologi baru
- Lulusan jurusan non-teknis seperti seni, sastra, atau pendidikan
- Pekerja industri kreatif yang kini mulai “diinvasi” oleh AI generatif
- Karyawan perusahaan yang mulai mengadopsi AI tanpa pelatihan memadai
Cara Menghadapi AIxiety
Mengatasi AIxiety tidak hanya soal adaptasi teknis, tapi juga mental dan emosional. Berikut beberapa langkah yang dapat Anda lakukan:
1. Tingkatkan Literasi Teknologi
Mulailah belajar dasar-dasar AI, baik melalui kursus daring, webinar, maupun komunitas. Semakin Anda paham, semakin kecil kecemasan yang muncul.
2. Kembangkan Keterampilan Non-Teknis
Kreativitas, empati, dan kepemimpinan adalah kompetensi manusia yang sulit digantikan AI. Fokus pada kekuatan ini untuk tetap relevan.
3. Berjejaring dengan Komunitas
Bergabunglah dengan komunitas profesional atau teknologi untuk berdiskusi dan berbagi strategi menghadapi tantangan AI di dunia kerja.
4. Jaga Kesehatan Mental
AIxiety juga merupakan isu psikologis. Meditasi, journaling, atau berbicara dengan konselor bisa membantu mengurangi tekanan.
5. Ciptakan Nilai Tambah dari AI, Bukan Melawannya
Alih-alih melihat AI sebagai ancaman, posisikan teknologi ini sebagai alat bantu. Misalnya, gunakan AI untuk meningkatkan produktivitas kerja Anda.
AIxiety adalah realitas baru di dunia kerja modern. Meski tak bisa dihindari, fenomena ini dapat dikelola jika Anda siap untuk belajar, beradaptasi, dan fokus pada pengembangan diri. Perubahan memang menakutkan, namun dengan sikap terbuka dan strategi yang tepat, Anda bisa tetap kompetitif di era kecerdasan buatan.
Alih-alih tenggelam dalam kecemasan, jadikan AI sebagai katalis untuk tumbuh dan berinovasi.
Halaman Selanjutnya
Source : Pixabay.