Meutya Hafid: Kita Harus Bertindak Cepat, Tidak Bisa Menunggu

2 hours ago 2

Sabtu, 8 Februari 2025 - 12:08 WIB

Jakarta, VIVA – Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menyampaikan bahwa pembukaan pita frekuensi 6 GHz untuk Wi-Fi tidak hanya meningkatkan konektivitas, tapi juga dapat memperkuat posisi Indonesia dalam bidang teknologi digital di kawasan Asia Tenggara.

Perbaikan regulasi mengenai pembukaan pita frekuensi 6 GHz untuk Wi-Fi diselesaikan dalam 100 hari pertama Meutya Hafid menjabat sebagai Menkomdigi.

Pembukaan spektrum untuk Wi-Fi ini menghadirkan koneksi nirkabel berkecepatan tinggi dengan latensi rendah untuk mendukung berbagai keperluan masyarakat.

Selain itu, spektrum 6 GHz bukan hanya melipatgandakan ketersediaan pita frekuensi untuk Wi-Fi, namun juga membuka jalan bagi penerapan Wi-Fi 6E dan Wi-Fi 7 yang lebih cepat, berlatensi rendah, serta lebih andal.

"Kota pintar (smart city), layanan kesehatan pintar, dan transportasi otonom bergantung pada jaringan berkecepatan tinggi dan latensi rendah yang tangguh," katanya di Jakarta, Jumat, 7 Februari 2025.

Penerapan Wi-Fi 7 akan membutuhkan perangkat keras mutakhir, perangkat lunak yang dioptimalkan, serta gelombang baru bakat digital.

Dengan kecepatan hingga 46 Gbps, Wi-Fi 7 membuka potensi tak terbatas dalam sektor ekonomi, memungkinkan pengusaha dan pelaku industri untuk beroperasi lebih efisien dengan latensi rendah dan keandalan tinggi.

Selain itu, sektor pendidikan yang kini semakin bergantung pada platform online, akan menikmati pengalaman belajar yang lebih lancar dan cepat.

Keputusan untuk memperkenalkan Wi-Fi 7 dengan memanfaatkan pita frekuensi 6 GHz adalah upaya nyata Indonesia untuk memimpin di kawasan Asia Tenggara.

"Mengapa kita perlu bertindak cepat? Karena, kemajuan digital tidak menunggu siapa pun. Dan waktu adalah hal terpenting. Kita tidak bisa menunggu, dan kita harus melakukannya sekarang," jelas Menkomdigi Meutya Hafid.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Indonesia Technology Alliance (ITA) Justisiari Kusumah mengaku berkomitmen mengadvokasi kebijakan yang mendorong inklusivitas digital, inovasi, dan kolaborasi antara pemerintah, industri, serta masyarakat.

"Melalui kerja sama ITA dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi), memastikan adopsi merata Wi-Fi 6E dan Wi-Fi 7 untuk meningkatkan akses internet bagi seluruh masyarakat Indonesia," tutur dia.

ITA juga mendorong para pelaku industri untuk berkolaborasi mengembangkan diagram penggunaan inovatif Wi-Fi 6E dan Wi-Fi 7 serta mengadvokasi pengelolaan spektrum yang bertanggung jawab dengan menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan industri dan kepentingan publik.

Seperti diketahui, Indonesia Technology Alliance (ITA) merupakan aliansi perusahaan dan individu dengan misi mempercepat inovasi teknologi dan kemajuan di Indonesia.

Dengan fokus pada pendidikan dan pemberian saran kebijakan, aliansi ini bekerja untuk membangun komunitas yang kuat dan inovatif yang memberdayakan pertumbuhan teknologi dan memastikan bahwa Indonesia tetap kompetitif di lanskap digital global.

Adapun beberapa pemangku kepentingan yang terlibat dalam aliansi ini di antaranya Kemenkomdigi, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Kementerian BUMN, Telkom Indonesia, Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), PLN, Pertamina, Global Extreme, Miota, dan GoTo.

Halaman Selanjutnya

"Mengapa kita perlu bertindak cepat? Karena, kemajuan digital tidak menunggu siapa pun. Dan waktu adalah hal terpenting. Kita tidak bisa menunggu, dan kita harus melakukannya sekarang," jelas Menkomdigi Meutya Hafid.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |