Jakarta, VIVA – Di era modern ini, dunia menghadapi tantangan besar dalam sektor tenaga kerja, terutama bagi generasi muda. Pertumbuhan ekonomi yang lambat dan investasi yang minim membuat peluang kerja menjadi terbatas, sementara jumlah pencari kerja terus bertambah.
Indonesia sebagai negara dengan populasi muda yang besar turut terdampak. Data terbaru menunjukkan bahwa pengangguran muda di Indonesia mencapai angka 17,3 persen, tertinggi di Asia.
Angka ini jauh di atas rata-rata pengangguran di Amerika Serikat yang hanya 10,5 persen, dan menunjukkan bahwa tantangan pasar tenaga kerja di Indonesia sangat serius.
Krisis Pengangguran Pemuda di Indonesia
Job Market Fair 2017 di Surabaya
Photo :
- ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Menurut laporan Morgan Stanley, meskipun angka pengangguran pemuda tinggi, masalah sebenarnya terletak pada underemployment. Sebanyak 59 persen pekerjaan baru dalam dekade terakhir berada di sektor informal, dengan mayoritas upah di bawah standar minimum.
“Rasio investasi terhadap PDB Indonesia telah turun menjadi 29 persen, di bawah level pra-Covid sebesar 32 persen, karena ketidakpastian kebijakan menurunkan sentimen perusahaan dan menahan belanja modal,” jelas laporan tersebut, sebagaimana dikutip dari Business World, Kamis, 9 Oktober 2025.
Dengan populasi usia kerja yang diperkirakan akan bertambah 12,7 juta orang dalam dekade berikutnya, tantangan penciptaan lapangan kerja diprediksi akan semakin berat. “Dominasi China dalam manufaktur dan upaya India untuk memperluas produksi membatasi kemampuan Indonesia memanfaatkan ekspor untuk meningkatkan lapangan kerja,” demikian ditulis dalam laporan.
Kondisi Serupa di China dan India
Masalah serupa juga terjadi di negara Asia lainnya. Di China, pengangguran pemuda perkotaan yang berusia 16–24 tahun mencapai 16,5 persen pada Agustus 2025. “Ketidakseimbangan antara lonjakan jumlah lulusan universitas dan melemahnya permintaan tenaga kerja mendorong pengangguran naik,” kata Morgan Stanley.
Lonjakan 42 persen lulusan universitas antara 2019–2024, bersamaan dengan penurunan 20 juta lapangan kerja, menunjukkan adanya mismatch yang serius.
Sementara itu, India menghadapi masalah ganda: pengangguran dan underemployment. Dengan usia median hanya 28,4 tahun, sektor pertanian mempekerjakan 253 juta orang, tingkat tertinggi dalam 17 tahun terakhir.
Meskipun kontribusi sektor tersebut terhadap PDB hanya 18 persen. Morgan Stanley memperingatkan bahwa India perlu mencapai pertumbuhan PDB rata-rata 7,4 persen untuk menstabilkan pengangguran, dan hingga 12,2 persen untuk secara signifikan mengurangi underemployment.
Halaman Selanjutnya
Laporan tersebut menekankan bahwa tanpa reformasi struktural dan peningkatan investasi, negara-negara Asia berisiko menghadapi ketidakstabilan sosial. “Pembuat kebijakan harus melakukan reformasi untuk mengubah model pertumbuhan atau mengadopsi kebijakan redistributif untuk mengelola risiko stabilitas,” ungkap laporan itu.

3 weeks ago
13









