Peran Penting Perguruan Tinggi dalam Mengembangkan Inovasi untuk Mengakselerasi Hilirisasi

3 hours ago 1

Rabu, 5 Februari 2025 - 17:56 WIB

VIVA – Hilirisasi menjadi salah satu andalan Pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hilirisasi dinilai mampu mendorong peningkatan nilai tambah dan daya saing berbagai komoditas. Lebih jauh, institusi perguruan tinggi diharapkan juga berperan penting dalam menyajikan inovasi untuk mendorong agenda hilirisasi dan mewujudkan ketahanan energi ke depan.

“Kita lihat hari ini Indonesia berpengalaman untuk menggunakan komoditas sebagai keunggulan pertumbuhan. Kalau kita ingat dari zamannya Presiden Soeharto, kita unggul di sawit, kita unggul di migas. Migas itu kita berproduksinya pada waktu itu 1,6 juta barrel oil per day dan dengan itu kita bisa menjadi negara yang pertumbuhannya 7%,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Grafika Talkshow: Peran dan Peluang Kampus dalam Agenda Hilirisasi dan Mewujudkan Ketahanan Energi di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada Selasa (4/02).

Lebih lanjut, Menko Airlangga menyebutkan bahwa saat ini Pemerintah terus berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi agar dapat mencapai angka 8%, diiringi dengan inflasi yang relatif lebih terkendali. Hingga saat ini, pertumbuhan ekonomi rata-rata masih berada pada angka 5% (yoy) dan inflasi rata-rata dapat dijaga pada angka 1,5%. Inflasi tersebut dapat dikendalikan berkat kerja sama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk memantau fluktuasi inflasi secara rutin.

Selanjutnya, Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa dengan potensi komoditas Indonesia yang tinggi perlu untuk dimanfaatkan secara tepat melalui hilirisasi. Potensi sumber daya alam yang tinggi pada suatu negara apabila tidak dimanfaatkan dengan baik justru akan menimbulkan permasalahan. Melalui upaya hilirisasi juga diharapkan dapat meningkatkan Manufacturing Value Added.

Terkait dengan upaya hilirisasi tersebut, Menko Airlangga menuturkan bahwa Pemerintah sejatinya telah mulai menerapkan hilirisasi sejak 2009 lalu dengan adanya undang-undang yang mengatur tentang pertambangan mineral dan batubara, dimana Pemerintah memutuskan tidak mengekspor bahan mentah. Hal ini didasarkan diantaranya karena komoditas bauksit yang diekspor oleh Indonesia ke negara lain diproses untuk menjadi blok mesin yang dimanfaatkan oleh Indonesia bagi sektor otomotif. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah melihat peluang dalam pemanfaatan komoditas dengan lebih baik melalui hilirisasi.

Selain melakukan hilisasi pada sektor sumber daya alam, Menko Airlangga menyebutkan bahwa Pemerintah juga melakukan hilirisasi pada sektor pertanian dimana salah satu komoditas unggulan ekspornya yakni sawit. Pada tahun 2024 sendiri, Indonesia telah memproduksi CPO hampir 50 juta ton dan saat ini Indonesia telah menggunakan Biodiesel B40. Dengan adanya biofuel tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya tahan energi di dalam negeri.

“Kita perlu perguruan tinggi untuk terus melakukan R&D sehingga cost kita bisa lebih turun,” pungkas Menko Airlangga.

Dalam kesempatan tersebut, Menko Airlangga juga menerangkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan ketersediaan cadangan nikel terbesar pertama di dunia dan terbesar kedua untuk komoditas timah. Selain itu, komoditas tembaga, bauksit, dan emas perak juga memiliki cadangan yang besar. Meski demikian pemanfaatan sejumlah komiditas masih belum optimal seperti pada pasir silika yang juga mempunyai potensi unggul.

Dengan berbagai potensi hilirisasi tersebut, perguruan tinggi diharapkan dapat mengambil peran dalam mendorong inovasi di berbagai komoditas unggulan, terlebih untuk dapat melakukan Research and Development (R&D). Selain itu, perguruan tinggi diharapkan dapat menjalin kerja sama dengan lembaga internasional atau perusahaan swasta untuk pengembangan SDM agar dapat lebih terbuka dengan berbagai negara.

Ke depan, Menko Airlangga menuturkan bahwa pengembangan industri berbasis digital akan menjadi fokus Pemerintah selanjutnya. Sektor digital diproyeksikan mampu menjadi penggerak ekonomi ke depan, dimana tidak berbasis sumber daya alam tetapi sumber daya manusia. Dalam bidang digitalisasi tersebut, semikonduktor menjadi salah satu aspek yang akan dikejar Pemerintah untuk dikembangkan.

“The next game itu disana, saya minta teman-teman disini yang engineering, microelectronic untuk terus kita kejar. Kalau kita gak bisa kejar ini, kita akan ketinggalan karena digital ini akan tumbuh cepat, digital AI dan SDM itu ekonomi berbasis masa depan,” jelas Menko Airlangga.

Usai melakukan talkshow interaktif bersama civitas akademika Fakultas Teknik UGM, Menko Airlangga juga menyempatkan diri untuk berkunjung dan melakukan diskusi santai bersama dengan Departemen Teknik Mesin dan Industri UGM. Dalam suasana akrab dan hangat tersebut, Menko Airlangga memberikan masukan bagi kemajuan industri ke depan, salah satunya yakni kebutuhan akan pengembangan sektor semikonduktor agar dapat mengejar ketertinggalan dari sejumlah negara lain.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut diantaranya yakni Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza, Staf Khusus Bidang Percepatan Pembangunan Wilayah Kemenko Perekonomian Wahyu Utomo, Staf Ahli Bidang Pembangunan Daerah Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto, Dekan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Selo, Chairman of Engineering Research and Innovation Center (ERIC) Tumiran, Direktur PT Eco Energi Perkasa Chen Hailei, dan Direktur CNGR Indonesia Magdalena Veronica.

Halaman Selanjutnya

Dalam kesempatan tersebut, Menko Airlangga juga menerangkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan ketersediaan cadangan nikel terbesar pertama di dunia dan terbesar kedua untuk komoditas timah. Selain itu, komoditas tembaga, bauksit, dan emas perak juga memiliki cadangan yang besar. Meski demikian pemanfaatan sejumlah komiditas masih belum optimal seperti pada pasir silika yang juga mempunyai potensi unggul.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |