Statistik Bongkar Fakta: MU Era Amorim Belum Lebih Baik dari Zaman Ten Hag

2 hours ago 2

Selasa, 25 November 2025 - 21:20 WIB

VIVA – Sudah lebih dari setahun sejak Manchester United mengambil keputusan besar: memecat Erik ten Hag dan menunjuk Ruben Amorim sebagai penerusnya. Namun pertanyaan yang terus bergema kini semakin relevan: apakah Setan Merah benar-benar membaik di bawah Amorim?

Faktanya, perjalanan MU bersama pelatih muda Portugal itu belum sepenuhnya meyakinkan. Ketika Ten Hag dipecat, United terpuruk setelah hanya meraih 11 poin dari sembilan laga, duduk di peringkat ke-14, dan manajemen kehilangan kepercayaan bahwa sang pelatih mampu membalikkan keadaan. Amorim datang membawa harapan baru, tetapi musim lalu justru berakhir lebih buruk: MU finis di peringkat ke-15, sementara poin per laga turun dari 1,2 menjadi 1,0. Selisih gol juga anjlok dari minus-0,3 menjadi minus-0,4.

Ironisnya, performa yang lebih buruk dibanding periode yang membuat manajemen memecat Ten Hag tidak membuat Amorim tersingkir. Sebaliknya, ia dipertahankan dengan anggapan bahwa proyek jangka panjangnya perlu waktu. Dan sempat ada tanda-tanda perbaikan: MU menjalani lima laga tak terkalahkan pada Oktober–November musim ini.

Namun kekalahan 0-1 dari Everton di Old Trafford, padahal bermain melawan 10 pemain selama lebih dari 75 menit, membuat semua optimisme itu kembali dipertanyakan. Melalui 12 laga Premier League musim ini, United hanya duduk di posisi ke-10 bersama tiga tim lain, dan tren pengembangan permainan masih jauh dari stabil.

Manajer Manchester United, Ruben Amorim

Photo :

  • AP Photo/Dave Thompson

Apa yang berubah di bawah Amorim?

Secara formasi, Amorim teguh dengan pakem 3-4-3 atau 3-4-2-1. Ia pernah mengatakan bahwa filosofinya tidak akan berubah, dan jika klub menginginkan pendekatan berbeda, maka yang harus berubah adalah orangnya, bukan idenya. Meski begitu, ada pergeseran mencolok dalam cara MU bermain musim ini.

Pada musim pertamanya, United sangat lambat dan tidak efektif dalam penguasaan bola. Mereka membangun serangan dengan kecepatan paling rendah kedua di liga dan sering hanya memutar bola di area sendiri tanpa progresi. Kombinasi bermain lambat tanpa dominasi wilayah membuat MU mendekati zona "paling tidak kompetitif", berdampingan dengan tim-tim kandidat degradasi.

Halaman Selanjutnya

Musim ini, situasinya sedikit berubah. MU masih menguasai wilayah yang sama, tetapi kini melakukannya dengan tempo lebih cepat. Dampaknya terlihat pada data: poin per laga naik 0,5, selisih gol per laga membaik 0,4. Bila dirata-rata dalam satu musim penuh, MU bisa meraih tambahan sekitar 19 poin dibanding musim lalu.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |