Tamu Allah dan Sistem Pelayanan Berbasis Syarikah: Jangan Hanya Pegang Buntut Gajah

1 day ago 6

(Artikel ini ditulis oleh Wahyudi Nasution, Karom KBIHU Arafah PDM Klaten Kloter SOC-76)

VIVA – Ketika seseorang diundang menjadi tamu, apalagi oleh pemilik rumah yang jauh lebih besar, lebih kaya, dan lebih berpengalaman, maka ia sejatinya sedang berada dalam wilayah pelayanan yang tidak bisa serta-merta ia pahami. Ia harus bertanya, melihat, dan belajar terlebih dahulu sebelum menilai.

Hal inilah yang juga berlaku bagi jamaah haji di Tanah Suci. Sebagai tamu Allah, setiap jemaah sejatinya datang dalam posisi istimewa sekaligus sensitif. Mereka diposisikan sebagai orang yang dilayani — bukan oleh sembarang orang — tetapi oleh sistem yang sudah disiapkan negara penerima tamu, yakni Kerajaan Arab Saudi.

Jemaah lansia Indonesia tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi

Sayangnya, sebagian jemaah belum benar-benar memahami bagaimana pola pelayanan itu bekerja. Akibatnya, banyak salah paham, keluhan, hingga tuduhan miring yang bersumber dari ketidaktahuan dan informasi tidak utuh. Maka dari itu, penting bagi jemaah — dan siapa pun yang terlibat dalam penyelenggaraan haji — untuk mengenali sistem pelayanan haji berbasis syarikah secara menyeluruh.

Adh-Dhoifukal Mayyit: Menjadi Tamu yang Tunduk dan Tawadhu'

Dalam Islam, ada sebuah filosofi yang kuat tentang tamu:

"Adh-dhoifukal mayyit" — tamu itu seperti mayit.

Ungkapan ini bukan dalam arti merendahkan, tapi menggambarkan posisi penuh tawadhu’ dan pasrah dari seorang tamu kepada tuan rumahnya. Tamu tidak bisa memaksakan kehendak, apalagi di rumah orang lain. Apalagi ketika menjadi Tamu Allah di dua tanah haram, Makkah dan Madinah — tunduk dan pasrah adalah sikap terbaik yang bisa ditunjukkan.

Syarikah, Maktab, dan Kafilah: Sistem Tuan Rumah di Dua Tanah Suci

Sejak setahun terakhir, pemerintah Arab Saudi mengubah pola pelayanan haji menjadi lebih terstruktur dan profesional melalui sistem yang dikenal sebagai Pelayanan Berbasis Syarikah. Tujuannya adalah efisiensi, akuntabilitas, dan standarisasi layanan kepada jutaan jamaah dari seluruh dunia.

Agar jemaah tidak bingung, berikut tiga entitas penting dalam sistem ini yang perlu dipahami:

1. Syarikah
Perusahaan resmi yang mendapat izin dari pemerintah Saudi untuk menyediakan layanan-layanan haji utama: Makanan (katering),
Transportasi,
Tenda dan fasilitas di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, serta
Toilet dan sarana umum lainnya

2. Maktab
Adalah unit kerja atau kantor yang bernaung di bawah Syarikah. Maktab bertugas menangani jamaah dari negara tertentu secara administratif dan teknis, termasuk Indonesia.

3. Kafilah
Tim teknis di lapangan. Merekalah yang menangani makanan, pengaturan tenda, transportasi, dan keperluan harian jamaah secara langsung.

Sederhananya, Syarikah merancang sistem, Maktab mengatur wilayah kerja, dan Kafilah melaksanakan teknisnya di lapangan.

Dengan sistem ini, jemaah tidak lagi direpotkan oleh urusan logistik, rute perjalanan, atau keperluan domestik lainnya. Semua sudah diatur oleh tuan rumah.

Mengapa Banyak Keluhan di Media Sosial?

Jemaah Indonesia tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi

Berbagai keluhan yang muncul — soal visa, nusuk, makanan basi, AC mati, bus datang terlambat — adalah kasus-kasus parsial yang sebetulnya wajar dalam skala pelayanan jutaan orang dari berbagai negara. Tapi jika tidak dipahami dengan utuh, maka akan timbul generalisasi negatif yang tidak adil: seolah-olah sistem ini buruk seluruhnya.

Untuk menjelaskan hal ini, Dr. dr. M. Husen Prabowo, Ketua Lembaga Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (LBIHU) Muhammadiyah Klaten, menggunakan analogi bijak:

“Orang yang hanya memegang buntut gajah, akan bilang gajah itu seperti tali. Yang memegang telinga akan bilang seperti kipas. Yang pegang kaki bilang seperti tiang. Semua tidak salah, tapi semua tidak utuh. Maka jangan nilai sistem syarikah hanya dari satu sisi saja.”

Peran Petugas Haji Indonesia: Mitra Strategis, Bukan Tukang Komplain

Pemerintah Indonesia mengirim ribuan petugas untuk mendampingi jamaah selama haji. Mulai dari Ketua Kloter, pembimbing ibadah, tenaga medis, hingga petugas non-kloter yang tergabung dalam Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi.

Mereka bukan pelayan utama, karena itu adalah peran Syarikah. Tapi mereka menjadi mitra strategis, penghubung, sekaligus pelindung psikologis dan spiritual bagi jemaah. Ketika terjadi masalah, mereka-lah yang membantu menjembatani antara jamaah dan tuan rumah.

Jangan Pegang Buntut Gajah, Lihat Keseluruhannya

Ibadah haji bukan sekadar ritual. Ini perjalanan spiritual sekaligus sosial. Jamaah perlu mempersiapkan kesabaran dan keikhlasan sebanyak mungkin. Sistem pelayanan haji bukan sistem sempurna, tapi dibangun untuk melayani jutaan tamu Allah dengan cara yang tertib, bermartabat, dan manusiawi.

Alih-alih menyalahkan sistem karena satu kekeliruan, mari belajar memahami, bersyukur, dan menjaga prasangka baik — bahwa tuan rumah sedang berusaha sebaik mungkin untuk memuliakan tamu-tamu Allah. 

Halaman Selanjutnya

"Adh-dhoifukal mayyit" — tamu itu seperti mayit.

Halaman Selanjutnya

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |