Washington, VIVA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan kritik tajam kepada media setelah muncul laporan yang menyebut bahwa pemerintahannya memberikan bantuan dana sebesar 30 miliar dolar AS (sekitar Rp48,6 triliun) kepada Iran untuk pembangunan fasilitas nuklir nonmiliter. Melalui unggahan emosional di platform Truth Social, Trump membantah keras laporan tersebut dan menyebutnya sebagai “tipuan” yang dibuat oleh media berita palsu.
“Siapa bajingan di Media Berita Palsu yang mengatakan bahwa ‘Presiden Trump ingin memberikan 30 miliar dolar AS kepada Iran untuk membangun fasilitas nuklir nonmiliter’?” tulis Trump dengan nada marah.
“Ini ide paling konyol yang pernah ada. Hanya tipu muslihat baru untuk merusak reputasi saya. Orang-orang ini benar-benar sakit!!!” lanjutnya.
Latar Belakang Tuduhan: Isu Negosiasi Nuklir dan Sanksi
Fasilitas nuklir Iran (ilustrasi)
Photo :
- ANTARA/Anadolu/py/am
Laporan media yang memicu amarah Trump menyebutkan bahwa pemerintahan AS saat ini sedang mempertimbangkan insentif ekonomi kepada Iran, termasuk pencairan aset-aset Iran yang dibekukan, sebagai bagian dari strategi untuk membujuk Teheran menghentikan program pengayaan uranium-nya. Informasi tersebut bersumber dari tiga narasumber anonim yang diklaim mengetahui isi pembahasan internal pemerintah.
Namun, Trump secara tegas membantah bahwa ide tersebut pernah muncul dari dirinya atau timnya, apalagi dalam konteks hubungan panas antara Washington dan Teheran belakangan ini.
Konteks Konflik: Serangan Militer dan Ketegangan Nuklir
Ketegangan antara AS dan Iran meningkat tajam sejak pertengahan Juni. Pada 13 Juni, Israel melancarkan serangan udara terhadap sejumlah fasilitas militer, nuklir, dan sipil Iran. Tindakan ini memicu respons balasan dari Iran, dan menyeret Amerika Serikat masuk lebih dalam ke dalam konflik.
Kemudian, pada 22 Juni, militer AS menjatuhkan enam bom penghancur bunker ke fasilitas nuklir Fordow, serta meluncurkan puluhan rudal jelajah dari kapal selam ke dua situs nuklir lainnya: Natanz dan Isfahan. Langkah ini merupakan bagian dari tekanan militer Amerika untuk menghentikan ambisi nuklir Iran.
Sementara itu, putaran keenam pembicaraan diplomatik antara AS dan Iran yang telah dijadwalkan sejak 15 Juni, harus menghadapi ketidakpastian akibat eskalasi militer tersebut. Konflik berdarah yang berlangsung selama 12 hari akhirnya berakhir sementara dalam gencatan senjata yang difasilitasi oleh AS, dan mulai berlaku pada 24 Juni.
Tuduhan dan Klarifikasi: Trump Tetap Kukuh Menolak
Meski laporan media menyebutkan kemungkinan pencairan dana sebagai bagian dari insentif negosiasi, tidak ada bukti konkret bahwa keputusan final pernah dibuat, dan tidak pernah ada pernyataan resmi dari Gedung Putih terkait hal ini.
Trump, yang selama masa kepresidenannya dikenal bersikap keras terhadap Iran, menyebut laporan tersebut sebagai “upaya untuk menyesatkan publik” dan “mengaburkan realita kebijakan luar negeri AS yang sebenarnya.”
Trump vs Media, Babak Baru Ketegangan di Tengah Krisis Timur Tengah
Insiden ini menambah daftar panjang konflik antara Presiden Trump dan media yang ia anggap menyebarkan disinformasi. Di saat hubungan AS-Iran sedang berada di titik kritis, munculnya isu bantuan dana justru memunculkan kegaduhan baru yang mengaburkan proses diplomasi yang tengah dirintis.
Klaim bantuan 30 miliar dolar ke Iran sejauh ini belum terbukti valid, namun sudah cukup untuk memicu polemik di ruang publik dan menjadi amunisi baru dalam pertarungan politik menjelang masa kampanye di Amerika Serikat. (Antara)
Halaman Selanjutnya
Konteks Konflik: Serangan Militer dan Ketegangan Nuklir