Jakarta, VIVA – Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), Benjie Yap, melaporkan penjualan bersih sebesar Rp 35,1 triliun dan laba bersih sebesar Rp 3,4 triliun di sepanjang tahun 2024 lalu.
Dia mengatakan, hal itu tidak terlepas dari langkah perseroan dalam melakukan transformasi bisnis dan organisasi, seperti misalnya melalui langkah divestasi bisnis es krim.
"Sepanjang tahun 2024, kami mengambil tindakan yang tegas dan berani untuk menangani masalah-masalah utama dengan semaksimal mungkin," kata Benjie dalam keterangannya, Kamis, 13 Februari 2025.
Dia merinci, penjualan bersih UNVR tercatat sebesar Rp 35,1 triliun pada 2024. D imana, penjualan domestik terkoreksi sebesar 8,7 persen dari tahun ke tahun, karena Pertumbuhan Harga Dasar atau Underlying Price Growth (UPG) yang negatif sebesar-3,6 persen. Hal itu seiring Pertumbuhan Volume Dasar atau Underlying Volume Growth (UVG) yang juga negatif sebesar -5,2 persen.
Kantor Unilever Indonesia
Penjualan setahun penuh secara signifikan dipengaruhi oleh berbagai upaya tegas dan berani, yang bertujuan untuk mengatasi masalah operasional demi memprioritaskan pertumbuhan jangka panjang.
Kemudian, Marjin Laba Kotor tercatat sebesar 47,6 persen, terkoreksi sebesar 213 bps dibandingkan tahun sebelumnya. Hal itu sebagai dampak dari biaya transformasi dan pengurangan stok pelanggan.
Sementara Laba bersih UNVR pada 2024 mencapai Rp 3,4 triliun, atau terkoreksi sebesar 29,8 persen (yoy) akibat penurunan penjualan dan kenaikan investasi yang diperlukan dalam transformasi.
Kantor Unilever Indonesia
Meski demikian, lanjut Benjie, perseroan terus berupaya memperbaiki pangsa pasar selama tahun 2024, dibandingkan dengan posisi terendah di Desember 2023. Walaupun hal itu masih di bawah posisi pangsa pasar secara year-to-date (ytd) Oktober 2023.
"Perseroan juga me-launch dan re-launch 46 inovasi untuk memperkuat merek dan portofolio, serta memanfaatkan segmen konsumen yang sedang bertumbuh," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Sementara Laba bersih UNVR pada 2024 mencapai Rp 3,4 triliun, atau terkoreksi sebesar 29,8 persen (yoy) akibat penurunan penjualan dan kenaikan investasi yang diperlukan dalam transformasi.