Jalan Raisya Memupus Limfoma di Land of Indigenous Malay

3 hours ago 1

Kamis, 13 Februari 2025 - 16:12 WIB

Malaysia, VIVA –  Ria baru berusia 22 ketika harus berobat di Pantai Hospital Ayer Keroh, Melaka, sebuah rumah sakit yang tergabung dalam jaringan IHH Healthcare Malaysia.
 
Di usia yang masih belia, ia dipaksa oleh keadaan untuk terus memantik asa sembuh dari penyakit yang saban hari kian menggerogoti sistem kekebalan tubuhnya.
 
Ia adalah penyintas limfoma alias kanker kelenjar getah bening. Kanker yang menyerang sistem limfatik yakni bagian dari sistem kekebalan tubuh.
 
Ria adalah anak pertama dari Safarudin (49 tahun) dan Basra Handayani (48 tahun). Ia tercatat sebagai mahasiswa tingkat akhir strata 1 Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Jepang pada salah satu Perguruan Tinggi di Kota Padang, Sumatera Barat.
 
Kampungnya berada di wilayah Sungai Ungar, Kecamatan Kundur, Kabupaten Karimun, Kepulauan Kepri. Sejak akhir Maret 2024, ia harus bolak-balik ke Negeri Jiran demi "membunuh" sel kanker kelenjar getah bening yang menggerogoti tubuhnya.
 
Meski sudah melewati tahapan ujian proposal, Ria harus rela meninggalkan bangku kuliah untuk sementara waktu untuk berobat di Land of Indigenous Malay alias tanah Melayu Adat
 
Skripsinya jadi tertunda. Ia harus fokus menyembuhkan penyakit yang ia idap agar kelak sembuh total dan kembali dengan semangat baru meraih apa yang sudah ia cita-citakan.
 
Menghadapi ujian pahit ini, Ria tak sendiri. Ada kedua orang tua, adik kandung dan keluarga besar yang selalu berada di sampingnya, memberikan energi semangat dan tak henti melantunkan bait doa terbaik.  
 
Sang ayah, Safarudin berkisah, pada Agustus 2023 Ria mengalami batuk-batuk. Mulanya, dianggap batuk biasa namun tak kunjung sembuh. Bahkan napsu makannya berkurang, kondisi tubuhnya kian lemah hingga harus menggunakan kursi roda.
 
Ria kata Safarudin, sempat berobat di rumah sakit yang ada di Karimun hingga Februari 2024. Namun, penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh. Akhir Maret 2024, ia pun memutuskan membawa putrinya itu ke Johor, Malaysia untuk berobat.
 
"Gejala awal, Ria batuk-batuk. Nafsu makannya berkurang, sesak napas, mudah capek. Akhir Februari 2024 kita berobat di Karimun, waktu itu belum tahu sakitnya apa. Lalu kita putuskan berangkat ke Johor untuk berobat,"kata Safarudin kepada VIVA, 9 Februari 2025.
 
Dia bilang, setelah melewati tahapan medical check up di rumah sakit yang ada di Johor, barulah kemudian penyakit yang menjangkit putrinya diketahui, limfoma namanya. Dokter waktu itu menganjurkan Ria dibawa ke Pantai Hospital Ayer Keroh untuk proses pengobatan lebih lanjut.


 
Setelah hampir setahun berjuang di Pantai Hospital Ayer Keroh, Melaka, Raisa akhirnya bisa bernapas lega. Diagnosis terakhir menyatakan bahwa sel-sel kanker yang pernah bersarang di tubuhnya sudah mati. Meski begitu, dokter menyarankannya untuk tetap melakukan kemoterapi rutin setiap dua minggu sekali
 
Bagi Safarudin, Ria adalah pahlawan kecil yang telah melawan ketakutan dan rasa sakit dengan keberanian yang luar biasa. Dia menyaksikan bagaimana putri kesayangananya itu berjuang. Ia mengungkapkan bahwa, pelayanan Pantai Hospital Ayer Keroh tak hanya profesional, tetapi juga penuh kehangatan.
 
“Komunikasi dengan dokter sangat baik. Bahkan, yang membuka pintu saat kami berkonsultasi adalah dokternya sendiri. Yang menangani anak saya Dokter Guan Yong Khee,"ujar Safarudin.


 
Rumah Sakit Pertama di Melaka Dengan Sistem Bedah Robotic
 
Berangkat dari kasus penyakit yang menjangkit Ria, CEO Pantai Hospital Ayer Keroh, Tan Yew Aik menyebut bahwa selain dilengkapi peralatan canggih, pihaknya mengedepankan layanan yang baik, ramah dalam merawat seluruh pasien.
 
Pantai Hospital Ayer Keroh kata Tan Yew Aik, terus berkomitmen memberikan perawatan medis yang luar biasa kepada pasien lokal maupun internasional.
 
”Kita harus jaga pasien dari Indonesia. Jika datang sekali, sudah pasti jatuh cinta kepada Hospital kita,"ujar Tan Yew Aik.
 
Ia menjelaskan, Pantai Hospital Ayer Keroh dilengkapi dengan teknologi medis terkini diantaranya, CT-Scan 640 slice, BiPlane Angiography System, Linear Accelerator Elektra Synergy dan, Saginova HDR Afterloader.
 
Pantai Hospital Ayer Keroh menurut Tan Yew Aik, merupakan rumah sakit pertama di Melaka yang memperkenalkan dan menerapkan sistem bedah robotic Da Vinci Xi yang mengintegrasikan presisi robotoc dengan keahlian. para ahli bedah.
 
"Da Vinci Xi memungkinkan pelaksanaan berbagai jenis operasi minimal invasive dengan tingkat akurasi dan efisiensi yang luar biasa, melampaui keterbatasan tangan manusia,"kata Tan Yew Aik.


 
Dia menambahkan bahwa Pantai Hospital Ayer Keroh berdiri pada tahun 1983. Selama lebih dari tiga dekade, terutama sejak beralih menggunakan fasilitas modern dan canggih pada tahun 1995, rumah sakit yang terakreditasi MSQH ini terus berkembang dan memperbaharui layanannya untuk memenuhi kebutuhan pasien.
 
Berada di lokasi stategis, Pantai Hospital Ayer Keroh hanya berjarak 5 kilometer dari pintu tol Anyer Keroh. Rumah sakit ini memiliki lebih dari 200 tempat tidur dan melayani pasien baik lokal dan internasional.
 
Dengan fasilitas terkini dan tim yang terdiri dari 90 spesialis, Pantai Hospital Ayer Keroh kian mempertegas sebagai penyedia layanan kesehatan terkemuka di wilayah selatan.


 
Berobat Sambil Berwisata
 
Namanya Melaka, kota tua yang menyimpan ribuan kisah dalam setiap sudutnya. Ia seperti puisi yang ditulis oleh waktu, diukir oleh sejarah, dan dihiasi oleh keberagaman. Di Melaka, setiap jalan, setiap bangunan, dan setiap sudut kota adalah bait-bait indah yang menunggu untuk dibaca.
 
Melaka, sebuah negeri di Malaysia yang kaya akan sejarah dan budaya, menyimpan banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi.
 
Sebut saja ada Jonker Street, Melaka River, Christ Church Melaka, Benteng A Famosa Melaka, Red Square Melaka, Museum Maritim Melaka dan, Wonderland Melaka Theme Park yang menarik dikunjungi disela Anda sedang berobat di Pantai Hospital Anyer Keroh.
 
Kembali ke Ria, tubuhnya mungkin masih lemah, tetapi semangatnya telah menguat. Ia adalah bukti nyata bahwa di balik setiap kegelapan, selalu ada cahaya yang menanti.
 
Kisah Ria bukan sekadar tentang perjuangan melawan limfoma, tetapi juga tentang cinta, harapan, dan kekuatan keluarga yang tak tergoyahkan.
 
Di sudut ruangan Pantai Hospital Anyer Keroh, di saat berjuang melawan limfoma, Ria menemukan kembali keindahan hidupnya.

Di sana, ia melihat cahaya bersinar terang. Apa yang menimpa Ria, mengingatkan kita semua bahwa setiap perjuangan, betapapun beratnya, selalu ada akhir yang indah.
 

Ilustrasi kanker

Punya Seribu Wajah! Gejala Limfoma Hodgkin Sering Menyerupai Penyakit Lain, Salah Satunya Demam

Di Indonesia, kesadaran mengenai Limfoma Hodgkin masih sangat rendah. Gejala-gejalanya yang tidak spesifik seringkali membuat penyakit kanker ini sulit dikenali.

img_title

VIVA.co.id

27 September 2024

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |