Volvo PHK 3.000 Karyawan, Industri Otomotif Global Terguncang Akibat Perang Dagang

1 day ago 3

Sabtu, 31 Mei 2025 - 00:30 WIB

Jakarta, VIVA – Produsen mobil yang berpusat di Swedia, Volvo Cars, dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 3.000 tenaga kerja. Upaya ini bagian dari upaya memangkas biaya mengingat industri otomotif sedang menghadapi tantangan akibat perang dagang dan ketidakstabilan ekonomi global. 

Pemberitahuan yang diumumkan pada awal pekan ini, Senin, 26 Mei 2025, ada sekitar 1.200 karyawan di Swedia akan terjaring pemecatan massal. Posisi konsultan yang sebagian berkantor di Swedia ikut menjadi target pengurangan.

Lebih lanjut, perusahaan menjelaskan bahwa sisa PHK akan terjadi di pasar global. Secara spesifik, Volvo membeberkan sasaran PHK sebagian besar adalah para pekerja di bagian kantor. Sebagai informasi, total karyawan Volvo berjumlah 42.600 pekerja. 

"Ini merupakan keputusan yang sulit tetapi merupakan langkah penting dalam upaya membangun perusahaan yang lebih kuat dan lebih tangguh," kata Presiden dan CEO Volvo Cars, Håkan Samuelsson, dikutip dari Euro News pada Jumat, 30 Mei 2025. 

Logo Volvo

Photo :

  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

Ia mengungkap, saat ini industri otomotif sedang berada di fase yang penuh tantangan. Kondisi tersebut mendorong perusahaan untuk meningkatkan arus kas dan di saat bersamaan menurunkan biaya secara operasional. 

Sebagai informasi, total karyawan Volvo berjumlah 42.600 pekerja. Volvo Cars memiliki kantor pusat dan kantor pengembangan produk di Gothenburg, Swedia, dan membuat mobil dan SUV di Belgia, Carolina Selatan, dan Cina.

Beberapa kendala yang menyebabkan industri otomotif sulit berkembang meliputi biaya bahan baku yang lebih tinggi, pasar mobil Eropa yang menyusut, dan penerapan tarif sebesar 25 persen oleh Presiden Donald Trump pada mobil dan baja impor. Situasi sulit ini dihadapi pelaku produsen mobil di seluruh dunia. 

Misalnya Nissan mengumumkan telah melakukan PHK terhadap 11.000 karyawan di seluruh dunia pada awal Mei 2025. Perusahaan mobil Jepang bahkan menutup tujuh pabrik dalam upaya untuk merombak bisnisnya akibat penjualan yang menurun.

Pada tahun 2021, Volvo mengumumkan bahwa semua mobilnya akan menggunakan tenaga listrik pada akhir dekade ini. Namun, perusahaan menarik kembali target tersebut dan menyalahkan kondisi pasar yang menantang. 

Sementara itu, persaingan kendaraan listrik (EV) Tiongkok semakin memanas selama beberapa bulan terakhir. Di mana baru-baru ini, BYD mengumumkan menurunkan harga untuk 22 jenis mobil. 

Setelah pengumuman BYD, Leap Motor dan Changan juga mengungkapkan penurunan harga. Situasi ini bersamaan pasar kendaraan listrik buatan Tiongkok yang juga menghadapi peningkatan tarif impor serta permintaan daya beli masyarakat menurun imbas kurangnya infrastruktur pengisian daya yang memadai dan pengurangan insentif negara.

Halaman Selanjutnya

Beberapa kendala yang menyebabkan industri otomotif sulit berkembang meliputi biaya bahan baku yang lebih tinggi, pasar mobil Eropa yang menyusut, dan penerapan tarif sebesar 25 persen oleh Presiden Donald Trump pada mobil dan baja impor. Situasi sulit ini dihadapi pelaku produsen mobil di seluruh dunia. 

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |