Jakarta, VIVA – Sebuah studi baru menyebutkan bahwa satu malam kurang tidur dapat menyebabkan perubahan signifikan pada sistem kekebalan tubuh, yang berpotensi menyebabkan perkembangan kondisi seperti obesitas, diabetes, dan serangan jantung.
Bahaya kurang tidur kronis sudah diketahui secara luas. Mulai dari perubahan suasana hati dan gangguan kognitif hingga masalah kesehatan seperti serangan jantung atau stroke.
Peneliti dari Dasman Diabetes Institute di Kuwait berusaha memahami pengaruh kurang tidur pada sel-sel imun yang bersirkulasi, seperti monosit, dan hubungannya dengan peradangan sistemik.
Monosit adalah leukosit besar, atau sel darah putih, yang memainkan peran penting dalam sistem kekebalan tubuh bawaan, yang menyediakan garis pertahanan pertama tubuh terhadap penyusup.
Ada tiga subkelompok monosit pada manusia, yaitu klasik, non-klasik, dan intermediet.
Monosit non-klasik berpatroli mencari patogen dalam jaringan pembuluh darah dan ekstravaskular, penulis penelitian menjelaskan, menggunakan isyarat inflamasi untuk membantu mereka mengatur respons imun tubuh.
Para peneliti Dasman lalu merekrut 276 orang dewasa Kuwait yang sehat dengan indeks massa tubuh (IMT) yang bervariasi, 237 di antaranya akhirnya menyelesaikan penelitian.
Mereka menganalisis pola tidur subjek, dan memantau darah mereka untuk mengetahui kadar berbagai subset monosit serta penanda peradangan.
Peserta yang mengalami obesitas memiliki kualitas tidur yang jauh lebih rendah daripada peserta yang lebih kurus, demikian temuan penelitian tersebut, disertai dengan peradangan kronis tingkat rendah yang lebih tinggi.
Mereka juga memiliki lebih banyak monosit non-klasik, yang berkorelasi dengan kualitas tidur yang lebih rendah dan peningkatan penanda pro-inflamasi, seperti dikutip dari situs Sciencealert, Senin, 10 Maret 2025.
Pada bagian lain dari penelitian ini, lima orang dewasa yang sehat dan ramping mengirimkan sampel darah selama periode kurang tidur selama 24 jam.
Sampel darah ini dibandingkan dengan sampel darah kontrol yang diambil setelah para peserta tidur nyenyak selama beberapa hari.
Bahkan hanya 24 jam kurang tidur tampaknya mengubah profil monosit pada peserta kurus menjadi menyerupai peserta obesitas, suatu kondisi yang menurut para peneliti diketahui mendorong peradangan kronis.
"Temuan kami menggarisbawahi tantangan kesehatan masyarakat yang terus berkembang. Kemajuan teknologi, waktu (melihat) layar (perangkat) yang lama, dan perubahan norma sosial semakin mengganggu jam tidur yang teratur. Gangguan tidur ini punya implikasi mendalam terhadap imun atau kekebalan tubuh secara keseluruhan," kata Fatema Al-Rashed, peneliti Dasman Diabetes Institute.
Ia pun berharap agar penelitian ini mendorong kebijakan dan strategi yang mengakui peran penting tidur dalam kesehatan masyarakat.
Fatema lalu membayangkan reformasi di tempat kerja dan kampanye pendidikan yang mempromosikan praktik tidur yang lebih baik, khususnya bagi populasi yang berisiko mengalami gangguan tidur karena tuntutan pekerjaan dan teknologi.
"Pada akhirnya, ini dapat membantu meringankan beban penyakit inflamasi seperti obesitas, diabetes, dan serangan jantung," jelasnya.
Halaman Selanjutnya
Mereka menganalisis pola tidur subjek, dan memantau darah mereka untuk mengetahui kadar berbagai subset monosit serta penanda peradangan.