Jakarta, VIVA – Asosiasi Vaper Indonesia (AVI) mendorong pemerintah untuk melakukan riset bersama terkait risiko dari produk tembakau alternatif salah satunya adalah vape. Sehingga tidak ada lagi kesimpangsiuran inforamasi terkait hal ini di publik.
Kepala Bidang Humas AVI, Didong Wanorogo, dukungan terhadap produk tembakau alternatif oleh Pemerintah belum maksimal. Ia berharap agar pemerintah bersikap lebih terbuka.
“Pemerintah harusnya open minded. Yuk kita ngobrol bareng, bikin riset bareng. Jangan cuma pakai data luar negeri, kita juga bisa riset sendiri di dalam negeri agar datanya makin relevan,” tegas Didong dikutip dari keterangannya, Jumat, 14 Juni 2025.
Lebih lanjut menurutnya, AVI secara aktif mengedukasi para perokok dewasa tentang manfaat penggunaan produk tembakau alternatif.
"Kita selalu edukasi perokok dewasa. Kita kasih tahu manfaatnya. Walaupun yang terbaik adalah berhenti total, tapi kalau tidak bisa, maka gunakan produk yang lebih rendah risikonya. Kita juga riset bareng, jadi pemerintah bisa punya data ilmiah yang valid," tambahnya.
Vape atau rokok elektrik.
Yorkshire Cancer Research, lembaga amal dan riset kanker yang berbasis di Inggris, gencar meluruskan kesalahpahaman publik tentang keamanan rokok elektrik (vape) dengan menekankan perannya sebagai alat bantu beralih dari kebiasaan merokok.
Di tengah tingginya angka perokok di Yorkshire, lembaga ini menjalankan berbagai inisiatif seperti penyediaan vape gratis untuk memperluas akses perokok dewasa terhadap produk yang lebih rendah risiko.
Dr. Stuart Griffiths, Direktur Penelitian di Yorkshire Cancer Research, menjelaskan bukti ilmiah menunjukkan profil risiko produk tembakau alternatif, seperti vape, produk tembakau yang dipanaskan serta kantong nikotin, lebih rendah dibandingkan merokok.
"Vape adalah metode efektif untuk membantu orang beralih dari kebiasaan merokok. Lebih dari 4.600 orang beralih setiap tahun dengan menggunakan vape di Yorkshire saja," ujarnya.
Namun, lembaga tersebut mengungkapkan keprihatinan atas meningkatnya persepsi negatif terhadap vape, di mana sebagian masyarakat percaya bahwa produk tembakau alternatif sama berbahayanya dengan rokok.
Menurutnya pandangan ini tidak didukung oleh bukti ilmiah dan justru dapat menghalangi perokok untuk beralih ke alternatif lebih rendah risiko.
Stuart menegaskan bahwa beralih dari kebiasaan merokok adalah langkah terbaik yang dapat diambil seseorang yang memutuskan untuk terus menggunakan produk tembakau/nikotin.
“Tidak ada kata terlambat untuk beralih dari kebiasaan merokok di usia berapapun. Beralih ke produk tembakau alternatif dapat memperpanjang dan meningkatkan kualitas hidup,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menekankan meskipun produk tembakau alternatif bukan produk gaya hidup, produk tersebut merupakan alat bantu yang efektif dan harus tetap tersedia bagi perokok dewasa yang membutuhkannya.
“Sangat penting agar kesempatan untuk menyelamatkan nyawa ini tidak hilang,” jelas Stuart.
Macam-macam bentuk rokok elektrik atau vape.
Didong pun menilai dukungan lembaga seperti Yorkshire Cancer Research patut dicontoh. “Layanan Kesehatan Nasional (National Health Service atau NHS) Inggris sangat mendukung penggunaan produk tembakau alternatif. Bahkan sampai ada toko vape di rumah sakit. Jadi saya percaya bahwa Inggris, termasuk Yorkshire Cancer Research, sangat mendukung produk tembakau alternatif,” tutupnya.
Di sisi lain, Didong menilai regulasi terkait produk tembakau alternatif masih menjadi tantangan. Hal ini penting, mengingat sebagian besar dari pelaku usaha industri ini adalah UMKM.
Halaman Selanjutnya
Di tengah tingginya angka perokok di Yorkshire, lembaga ini menjalankan berbagai inisiatif seperti penyediaan vape gratis untuk memperluas akses perokok dewasa terhadap produk yang lebih rendah risiko.