Asia, VIVA - Bursa Asia-Pasifik dibuka menguat saat pembukaan pasar pada Kamis, 17 April 2025. Penguatan berbanding terbalik dengan Wall Street yang merosot tajam pada penutupan perdagangan semalam.
Wall Street amblas dipicu peringatan Ketua The Fed Jerome Powell terkait ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) yang sedang berlangsung. Menurut Powell, kondisi tersebut bertentangan dengan tujuan bank sentral AS untuk mengendalikan inflasi dan memacu pertumbuhan ekonomi.
Saham-saham seketika berguguran usai pidato Powell. Saham Nvidia, perusahaan kecerdasan buatan (AI) milik Jensen Huang, terpantau jatuh 6,9 persen.
Dikutip CNCB Internasional pada Kamis, 17 April 2025, indeks Nikkei 225 melesat 0,59 persen. Sementara itu, indeks Topix menguat sebesar 0,26 persen.
Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell menjawab pertanyaan wartawan
Photo :
- ANTARA/REUTERS/Elizabeth Frantz
Di pasar Korea Selatan, indeks Kospi melonjak 0,41 persen saat pembukaan perdagangan. Disusul kenaikan indeks Kosdaq sebesar 1,02 persen.
Indeks S&P/ASX 200 Australia meningkat tipis 0,18 persen pada awal perdagangan. Sayangnya, indeks Hang Seng Hong turut justru melemah dari level 21.056,98 menjadi 21.008.
Kontrak berjangka AS berubah sedikit imbas kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian perdagangan global yang berpotensi berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi AS. Pasalnya, perang dagang AS dan China dapat memengaruhi inflasi dan target ketenagakerjaan The Fed.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 699,57 poin atau 1,73 persen dan ditutup pada level 39.669,39. Indeks S&P 500 tergerus 2,24 persen ke posisi 5.275,70 yang dibebani koreksi drastis sektor teknologi informasi.
Nasdaq Composite menyusut 3,07 persen yang menyebabkan jatuh ke area 16.307,16. Koreksi tersebut membuat indeks yang sarat teknologi itu turun sekitar 19 persen dari level penutupan tertingginya dan meluncur mendekati posisi terendah.
Halaman Selanjutnya
Kontrak berjangka AS berubah sedikit imbas kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian perdagangan global yang berpotensi berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi AS. Pasalnya, perang dagang AS dan China dapat memengaruhi inflasi dan target ketenagakerjaan The Fed.