Munich, VIVA – Sejak edisi pertama Piala Champions (sekarang Liga Champions) pada 1955, final turnamen tertinggi antarklub Eropa telah berpindah-pindah di berbagai kota ikonis.
Namun salah satu tradisi paling menarik adalah bagaimana kota Munich selalu jadi saksi lahirnya juara baru—klub-klub yang untuk pertama kalinya mengangkat trofi Si Kuping Besar. Dari Nottingham Forest pada 1979 hingga Paris Saint-Germain (PSG) pada 31 Mei 2025.
Berikut rangkaian momen bersejarah di Munich:
1. Nottingham Forest (30 Mei 1979)
Nottingham Forest juara Liga Champions 1978/79
Laga Final: Nottingham Forest vs. Malmö FF
Skor Akhir: 1–0
Tanggal & Lokasi: 30 Mei 1979, Olympiastadion Munich
Ketika Nottingham Forest, yang saat itu hanyalah klub kecil Inggris setelah promosi ke Divisi Utama pada 1977, melaju ke final, tak banyak yang mengira mereka bakal jadi pemenang. Namun, di Munich, mereka memukau semua orang.
Gol tunggal Trevor Francis pada menit ke-45 membuat Derbyshire-based club ini mengangkat trofi European Cup untuk pertama kalinya—dan menjadi klub “juara baru” ketiga yang memenangi kompetisi ini (setelah Celtic pada 1967 dan Feyenoord pada 1970). Keberhasilan Forest makin mengukuhkan reputasi pelatih Brian Clough sebagai master taktik.
2. Olympique Marseille (26 Mei 1993)
Olympique Marseille juara Liga Champions 1992-93.
Laga Final: Olympique de Marseille vs. AC Milan
Skor Akhir: 1–0
Tanggal & Lokasi: 26 Mei 1993, Olympiastadion Munich
Pada musim 1992/93, Marseille menjadi wakil Prancis pertama yang melaju hingga final. Melawan raksasa Italia AC Milan—yang kala itu diperkuat pemain-pemain berkelas macam Franco Baresi, Paolo Maldini, hingga Ruud Gullit—banyak pihak memprediksi Milan bakal kembali jadi juara.
Namun Final di Munich justru menjadi panggung bagi gelandang Basile Boli: sundulannya pada menit ke-43 memastikan Marseille menjuarai Liga Champions (saat itu masih bernama European Cup) untuk pertama kalinya (dan hingga kini satu-satunya wakil Prancis yang pernah memenangi kompetisi ini). Momen langka ini juga jadi satu-satunya piala Eropa Marseille, mengangkat nama Liga Prancis dalam kancah kontinental.
3. Borussia Dortmund (28 Mei 1997)
Laga Final: Borussia Dortmund vs. Juventus
Skor Akhir: 3–1
Tanggal & Lokasi: 28 Mei 1997, Olympiastadion Munich
Empat tahun kemudian, Munich sekali lagi menjadi saksi juara baru. Dortmund, yang awalnya tak diunggulkan, harus bertemu Juventus—tim Italia yang diisi bintang-bintang seperti Alessandro Del Piero, Zinedine Zidane, dan Fabrizio Ravanelli. Namun pada malam itu, gol Karl-Heinz Riedle (dua gol) dan Lars Ricken menggagalkan ambisi Juve.
Dortmund pun membawa pulang trofi Champions League pertama mereka, sekaligus menjadi klub Jerman baru ketiga (setelah Hamburg 1983 dan Bayern 1976) yang menjuarai kompetisi tersebut. Bagi BVB, momen di Munich ini menandai puncak era Josef “Jupp” Heynckes sebagai pelatih, serta memunculkan generasi emas seperti Matthias Sammer dan Andreas Möller.
4. Chelsea FC (19 Mei 2012)
Ashley Cole saat membawa Chelsea juara Liga Champions 2011/2012
Laga Final: Chelsea vs. Bayern Munich
Skor Akhir: 1–1 (Chelsea menang adu penalti 4–3)
Tanggal & Lokasi: 19 Mei 2012, Allianz Arena (Munich)
Kali ini final di Munich bukan bermain di Olympiastadion, melainkan di Allianz Arena—markas Bayern München. Chelsea, sebagai tim tamu, diunggulkan memiliki peluang tipis, apalagi setelah tanpa striker andalan Didier Drogba (yang dicadangkan) dan sempat tertinggal melalui gol Thomas Müller pada menit ke-83.
Namun, momen adu penalti menjadi penentu. Didier Drogba, sang “pria kemenangan besar,” mencetak penalti terakhir yang membawa Chelsea menjuarai Liga Champions untuk pertama kalinya. Bagi publik Inggris, hasil ini cukup dramatis: Chelsea jadi “juara baru” pada momen yang terasa seperti mimpi buruk bagi Bayern di kandangnya sendiri.
5. Paris Saint-Germain (31 Mei 2025)
PSG juara Liga Champions 2024/25
Photo :
- AP Photo/Luca Bruno
Laga Final: Paris Saint-Germain vs. Inter Milan
Skor Akhir: 5–0
Tanggal & Lokasi: 31 Mei 2025, Allianz Arena (Munich)
Di akhir musim 2024/25, PSG menorehkan sejarah di Munich sebagai juara baru tersadis: menghancurkan Inter Milan dengan skor telak 5–0. Gol-gol Achraf Hakimi, Désiré Doué (dua gol), Khvicha Kvaratskhelia, dan Senny Mayulu menegaskan dominasi Les Parisiens.
Selain menjadi gelar Liga Champions pertama dalam sejarah klub, kemenangan ini juga membuat PSG sejajar dengan klub-klub elite Eropa sebagai “tim baru yang pecah telur” di pentas Eropa—dan ke-5 dalam daftar panjang juara-juara “terlahir” di Munich. Pelatih Luis Enrique pun menambah rekor pribadi: membawa dua klub berbeda meraih treble domestic+UCL setelah bersama Barcelona pada 2015.
Apa Makna Munich bagi Juara Baru?
Venue Bersejarah
Olympiastadion (dipakai hingga 2005) serta Allianz Arena (sejak 2005) adalah dua stadion legendaris di Munich yang pernah menjadi tuan rumah final Final Piala Champions/Liga Champions sebanyak lima kali (1979, 1993, 1997, 2012, dan 2025).
Atmosfer Khusus
Sejak era 1979, atmosfer di Munich—baik dari sudut infrastruktur stadion maupun atmosfer “netral”—seringkali menyulitkan calon juara besar yang diunggulkan. Sering kali, tim yang dianggap underdog justru menemukan momentum di kota Bavaria ini.
Catatan Juara Baru
Dari kelima edisi final di Munich tersebut, empat di antaranya melahirkan juara baru (Nottingham Forest, Marseille, Borussia Dortmund, PSG), serta satu edisi yang menjadi momen kemenangan perdana Chelsea (meski Chelsea sudah pernah juara Eropa Cup Winners’ Cup, ini memang gelar Champions League pertama mereka). Bukti nyata bahwa tidak ada lagi “gengsi final” yang bisa diandalkan—asal tim punya hari terbaik, Munich akan mempertemukan pemenang dengan sejarah baru.
Ringkasan: Evolusi Final Juara Baru di Munich
Tahun Stadion Finalist Favorit Juara Baru (First-Time Winner) Skor Akhir
1979 Olympiastadion Malmö FF Nottingham Forest 1–0
1993 Olympiastadion AC Milan Marseille 1–0
1997 Olympiastadion Juventus Borussia Dortmund 3–1
2012 Allianz Arena Bayern Munich Chelsea (UCL pertama) 1–1 (4–3 pk)
2025 Allianz Arena Inter Milan Paris Saint-Germain 5–0
Catatan: Chelsea sejatinya sudah pernah meraih Piala Winner’s Cup (1998), Piala UEFA (2013), namun Liga Champions pertama mereka baru datang di Munich 2012.
Penutup
Setiap kali Munich kembali menjadi tuan rumah final, publik sepak bola Eropa langsung teringat pada momen-momen kejutan: “Apakah ada juara baru kali ini?”
Sejarah membuktikan bahwa Olympiastadion dan Allianz Arena bukan sekadar venue final semata, melainkan markas di mana kisah “underdog mengalahkan raksasa” terukir. Dari Nottingham Forest hingga Paris Saint-Germain, kota yang jadi jantung Bavaria ini terus mengokohkan reputasinya sebagai “pembawa kejutan” di pentas Liga Champions.
Siapa juara baru berikutnya yang akan lahir di Munich? Waktu—serta sepak bola—yang akan menjawabnya.
Halaman Selanjutnya
Gol tunggal Trevor Francis pada menit ke-45 membuat Derbyshire-based club ini mengangkat trofi European Cup untuk pertama kalinya—dan menjadi klub “juara baru” ketiga yang memenangi kompetisi ini (setelah Celtic pada 1967 dan Feyenoord pada 1970). Keberhasilan Forest makin mengukuhkan reputasi pelatih Brian Clough sebagai master taktik.