Data Anda bisa Dimanipulasi AI, Pakar Peringatkan Serangan Siber Gaya Baru: Data Poisoning

5 hours ago 2

Kamis, 19 Juni 2025 - 08:09 WIB

Jakarta, VIVAAncaman siber berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) berkembang cepat, di mana 71 persen pemimpin bidang keamanan teknologi informasi (TI) Indonesia khawatir akan segera menaklukkan sistem perlindungan tradisional.

Selain serangan siber yang sudah umum seperti peretasan keamanan cloud, malware, dan phishing, mereka kini semakin waspada terhadap data poisoning.

Dalam metode baru tersebut, penjahat siber merusak data yang digunakan untuk melatih AI, sehingga menghasilkan keputusan yang tidak akurat atau berbahaya.

Sebanyak 92 persen pemimpin keamanan TI di Indonesia percaya bahwa agen AI bisa membantu kepatuhan, seperti meningkatkan kepatuhan terhadap aturan privasi global.

Namun, sebanyak 87 persennya melihat tantangan kepatuhan yang muncul. Salah satu penyebabnya adalah regulasi yang makin kompleks dan terus berubah di berbagai wilayah dan industri, ditambah proses kepatuhan yang masih banyak dilakukan secara manual, sehingga rawan kesalahan.

Seiring dengan percepatan adopsi AI serta meningkatnya ancaman siber, 8 dari 10 (82 persen) pemimpin keamanan TI di Indonesia menyadari perlunya transformasi praktik keamanan siber — sebuah tren yang terjadi secara global.

Pentingnya tata kelola data semakin meningkat setelah diterapkannya Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (PDP) Indonesia.

Regulasi ini mewajibkan organisasi untuk memperoleh izin eksplisit dari pengguna sebelum memproses data, menunjuk petugas perlindungan data, segera melaporkan pelanggaran, serta memenuhi ketentuan ketat dalam transfer data lintas negara.

Bagi perusahaan, ini berarti mereka harus menyesuaikan sistem internal, kebijakan, dan praktik penggunaan AI agar terhindar dari risiko hukum dan reputasi.

Menurut riset State of IT Salesforce, lebih dari 51 persen tim keamanan TI di Indonesia sudah menggunakan agen AI dalam pekerjaan sehari-hari. Jumlah ini diperkirakan akan lebih dari dua kali lipat dalam dua tahun ke depan.

Para pemimpin keamanan TI melihat berbagai manfaat dari peningkatan penggunaan agen AI, mulai dari deteksi ancaman hingga audit canggih terhadap kinerja model AI, di mana sebanyak 84 persen mengharapkan penggunaan agen AI dalam dua tahun ke depan.

"Perusahaan hanya bisa mempercayai agen AI sejauh mereka yakin bahwa data mereka dapat diandalkan. Tim keamanan TI juga harus menerapkan tata kelola data yang kuat akan lebih siap memanfaatkan agen AI dalam operasional keamanan sekaligus memastikan perlindungan data dan kepatuhan tetap terjaga," kata Gavin Barfield, Vice President and Chief Technology Officer, Solutions, ASEAN, Salesforce.

Halaman Selanjutnya

Regulasi ini mewajibkan organisasi untuk memperoleh izin eksplisit dari pengguna sebelum memproses data, menunjuk petugas perlindungan data, segera melaporkan pelanggaran, serta memenuhi ketentuan ketat dalam transfer data lintas negara.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |