Bogor, VIVA – Dua mantan pemain sirkus Taman Safari Indonesia (TSI), Butet dan Vivi, mengungkap kisah kelam yang selama ini tertutup rapat di balik gemerlap pertunjukan sirkus.
Butet dan Vivi mengaku pernah mengalami penyiksaan brutal, bahkan sampai dipasung menggunakan rantai berukuran besar.
Kisah Butet: Dirantai Dua Bulan, Anak Diambil Paksa
Butet, mantan pemain sirkus di Taman Safari Indonesia (TSI)
Photo :
- YouTube/Forum Keadilan TV
Butet mengaku mengalami penyiksaan fisik secara rutin, terutama setelah ia ketahuan menjalin hubungan dengan sesama karyawan saat berusia 18 tahun. Hubungan yang dilarang tersebut membuatnya jadi sasaran kekerasan oleh salah satu sosok berpengaruh di TSI, Frans Manansang.
“Saya sampai kejadian hamil, saat ketahuan saya dipukulin pakai balok. Tangan saya patah dipukulin oleh Frans,” ungkap Butet dikutip dari tayangan YouTube Forum Keadilan TV, Kamis, 17 April 2025.
Setelah kejadian itu, ia dipasung selama dua bulan menggunakan rantai besar. “Itu dirantai pada saat saya tidur malam, semua teman-teman tahu. Sampai untuk buang air saja saya susah. Setiap habis selesai show, saya dirantai,” lanjutnya.
Tak hanya dipasung, saat melahirkan, ia mengaku dipisahkan secara paksa dari bayinya.
“Pada saat itu saya sampai melahirkan pun saya dipisahkan dengan anak saya. Saya gatahu anak saya di mana, pada saat itu saya masih di Rumah Sakit Imanuel, Bandung. Yang ngambil (anak saya) istrinya Jansen, dia gak komentar apa-apa, lalu dibawa ke Jakarta,” tuturnya penuh luka.
Kisah Vivi: Disiksa, Disetrum, dan Dipasung
Vivi, mantan pemain sirkus di Taman Safari Indonesia (TSI)
Hal serupa dialami oleh Vivi, mantan pemain sirkus lainnya. Ia menceritakan bahwa dirinya berulang kali menjadi korban kekerasan dan pernah nekat melarikan diri dari rumah Frans.
Namun, pelariannya gagal. Setelah tiga hari, ia ditemukan oleh sekuriti TSI dan dijemput untuk kembali.
“Lalu dibawa kembali di pos sekuriti. Terus gak lama saya dijemput sama pak Frans, terus saya dibawa pulang. Di jalan saya langsung dipukul, sampai rumah diseret dari mobil ke kantor. Di sana saya disetrum, bahkan sampai ke alat vagina saya,” kata Vivi menggambarkan peristiwa traumatis tersebut.
Vivi pun mengaku tak bisa melawan dan hanya bisa meminta ampun agar siksaan tidak dilanjutkan. “Saat disetrumin itu saya minta ampun. Gak boleh bersuara, kalau bersuara malah ditambahin lagi siksaannya. Lalu rambut saya dijambak, perut saya ditendang. Setelah itu saya dipasung pakai rantai besar selama dua minggu,” lanjutnya.
Artikel ini dibuat berdasarkan kesaksian langsung dari korban. Semua pihak yang disebut memiliki hak untuk memberikan klarifikasi atau tanggapan terhadap isi yang disampaikan.
Halaman Selanjutnya
Kisah Vivi: Disiksa, Disetrum, dan Dipasung