Eks Pemain Sirkus Taman Safari Indonesia Ngaku Sering Disiksa: Vagina Saya Disetrum

1 day ago 5

Kamis, 17 April 2025 - 10:48 WIB

Bogor, VIVA – Vivi, mantan pemain sirkus di Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Bogor mengaku menjadi korban penyiksaan fisik yang dilakukan oleh bos TSI bernama Frans.

Vivi menceritakan bahwa kejadian ini dialaminya saat masih berusia belasan tahun. Ia mengaku, kerap mendapatkan perlakuan tak manusiawi saat masih bekerja sebagai bagian dari pertunjukan sirkus TSI.

Akibat sering mendapatkan penyiksaan, Vivi akhirnya nekat kabur pada malam hari menyusuri hutan, hingga tiba di wilayah Cisarua, Bogor. 

Ilustrasi kekerasan terhadap wanita.

“Saya kabur karena sering disiksa, disuruh latihan, dipukulin. Saat orang-orang tidur, saya tetap disuruh latihan, akhirnya jam 1 malam saya nekat kabur sendirian dari rumah Pak Frans,” ujar Vivi dikutip dari tayangan YouTube Forum Keadilan TV, Kamis 17 April 2025. 

Di Cisarua ia ditolong oleh seorang yang ia kenal bekerja di restoran Taman Safari. Ia sempat tinggal di rumah penolongnya selama tiga hari sebelum akhirnya diketahui keberadaannya oleh petugas keamanan Taman Safari.

“Begitu tiga hari, saya mau keluar, pas di depan rumahnya ternyata ada sekuriti Taman Safari. Saya diajak balik, tapi saya menolak. Dia jamin saya tidak dipukuli lagi. Yaudah saya ikut. Mau nggak mau saya pulang, saya juga bingung mau lari ke mana lagi,” kata dia.

Namun kenyataan berkata lain. Setibanya di Taman Safari, ia mengaku justru kembali mengalami kekerasan yang lebih parah.

“Lalu dibawa kembali di pos sekuriti. Terus gak lama saya dijemput sama pak Frans dan saya dibawa pulang. Di jalan saya langsung dipukul. Saya udah gemeteran,” kisahnya. 

“Sampai rumah saya diseret dari mobil ke dalam kantor. Nggak lama dia ambil alat setrum, terus badan saya disetrum sampai ke alat vagina saya. ‘Lu kabur ya, brengs*k!’ pokoknya ngomong kasar,” sambungnya.

Terakhir Vivi menuturkan bahwa saat peristiwa keji tersebut terjadi, tidak ada saksi lain di dalam ruangan. “Saya minta ampun, pokoknya nggak boleh bersuara. Kalau bersuara malah ditambahin lagi siksaannya. Terus saya diseret, rambut saya dijambak, disuruh diam, tak boleh ada suara. Saat itu saya sudah lemas, menggigil,” ungkapnya.

Artikel ini disusun berdasarkan pengakuan korban dan masih membutuhkan konfirmasi serta klarifikasi dari pihak-pihak terkait. Kami akan terus memantau perkembangan kasus ini.

Halaman Selanjutnya

Namun kenyataan berkata lain. Setibanya di Taman Safari, ia mengaku justru kembali mengalami kekerasan yang lebih parah.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |