Jakarta, VIVA – Perubahan iklim akibat aktivitas manusia menjadi penyebab kematian setidaknya 3.700 orang pada tahun 2024, dengan 41 hari di tahun ini tercatat sebagai hari-hari dengan suhu ekstrem secara global. Laporan ini berasal dari kolaborasi antara World Weather Attribution (WWA) dan Climate Central, yang dirilis pada Jumat 26 Desember 2024.
Suhu panas ekstrem yang diperparah oleh perubahan iklim memicu berbagai bencana, seperti gelombang panas, kekeringan, kebakaran hutan, badai, hingga banjir. Kondisi ini menciptakan dampak besar pada ekosistem dan kehidupan manusia di seluruh dunia sepanjang tahun 2024.
“Perubahan iklim telah menyebabkan kematian sedikitnya 3.700 orang dan memaksa jutaan lainnya mengungsi akibat 26 peristiwa cuaca yang kami teliti tahun ini. Secara global, perubahan iklim telah menambah rata-rata 41 hari dengan suhu panas berbahaya pada 2024, yang mengancam kesehatan masyarakat,” ungkap laporan tersebut dalam siaran persnya.
Jumlah korban sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi, mencapai puluhan hingga ratusan ribu jiwa. Ini karena laporan tersebut hanya mencakup sebagian kecil dari bencana cuaca ekstrem yang paling berdampak, jelas dokumen itu lebih lanjut.
Negara kepulauan kecil dan negara berkembang menjadi wilayah yang paling banyak mengalami hari-hari dengan suhu panas berbahaya, menurut laporan tersebut.
Tahun 2024 juga mencatat rekor suhu global tertinggi, yang turut memicu curah hujan ekstrem dan banjir besar. Dari 16 peristiwa banjir yang dianalisis, 15 di antaranya disebabkan oleh peningkatan curah hujan akibat perubahan iklim.
VIVA Militer: Cuaca ekstrem BMKG
Selain itu, wilayah seperti hutan hujan Amazon dan Lahan Basah Pantanal menghadapi kekeringan parah dan kebakaran hutan. Bencana ini menyebabkan kerusakan besar pada keanekaragaman hayati di kawasan tersebut.
Sebagai tanggapan, WWA dan Climate Central mendesak agar dunia mempercepat transisi dari penggunaan bahan bakar fosil, meningkatkan pendanaan untuk negara-negara berkembang, serta meningkatkan sistem peringatan dini dan pelaporan korban akibat panas ekstrem untuk mengurangi dampak di masa depan.
Pada laporan sebelumnya pada Oktober, WWA mengungkapkan bahwa lebih dari 500.000 orang telah meninggal dalam 20 tahun terakhir akibat bencana alam paling mematikan. Perubahan iklim, bersama dengan faktor lainnya, menjadi pemicu utama angka kematian yang mengkhawatirkan ini.
Halaman Selanjutnya
Selain itu, wilayah seperti hutan hujan Amazon dan Lahan Basah Pantanal menghadapi kekeringan parah dan kebakaran hutan. Bencana ini menyebabkan kerusakan besar pada keanekaragaman hayati di kawasan tersebut.